leaf and snow

29/11/2018

Antasena

ANTASENA atau Anantasena dalah Putra Bima/Werkudara, salah satu dari lima satria Pandawa,  dengan Dewi  Urang Ayu, putri  Hyang Mintunadewa ikan air tawar di Kisik Narmada. Ia mempunyai dua orang saudara seayah  lain ibu, yaitu : Antareja, putra  Dewi Nagagini, dan Gatotkaca, putra  Dewi Arimbi.
Sejak kecil Antasena tinggal bersama ibu dan kakeknya di Kisiknarmada. Seluruh badannya berkulit sisik ikan/udang hingga kebal terhadap senjata. Anantasena dapat hidup di darat dan di dalam air. Ia mempunyai kesaktian berupa sungut sakti, mahluk apapun yang tersentuh sungut itu dan terkena bisanya akan menemui kematian. Sungut adalah  semacam antena di depan mulut yang dimiliki udang dan juga serangga. Bagi udang sungut itu berguna  sebagai alat peraba untuk mendeteksi adanya makanan dan untuk mengukur arus air. Pada sebagian serangga sungut itu juga bisa berfungsi sebagai senjata untuk menyuntikkan bisa /racun.
Antasena juga memiliki pusaka Cupu Madusena, yang dapat mengembalikan kematian di luar takdir. Ia juga tidak dapat mati selama masih bersinggungan  dengan air atau uap air.
Antasena berwatak jujur, terus terang, bersahaja, berani kerena membela kebenaran, tidak pernah berdusta. Setelah  dewasa, Anantasena menjadi raja di negara Dasar Samodra, bekas negara Prabu Gangga Trimuka yang mati terbunuh dalam peperangan.
Dalam wayang gaya Yogyakarta, karakter Anantasena atau Antasena dibuat gecul ’lucu’, lugu,  naif namun jujur. Dia tidak pernah menggunakan bahasa krama halus kepada siapapun.
Antasena meninggal sebelum perang Bharatayuda. Ia mati moksa   atas kehendak/kekuasaan Sang Hyang Wenang. Kematian itu atas nama keadilan, karena pada perang Bharatayuda Antasena tidak mempunyai lawan yang sepadan. Tidak ada musuh yang mampu menangkal kehebatan bisa di sungutnya

No comments:

Post a Comment