leaf and snow

28/01/2019

Antareja

Anantaraja, atau yang lebih sering disingkat Antareja, adalah salah satu tokoh pewayangan yang tidak terdapat dalam Mahabharata karena merupakan asli ciptaan para pujangga Jawa. Ia merupakan putra sulung Werkudara atau Bimasena dari keluarga Pandawa.
Dalam pewayangan klasik versi Surakarta, Antareja merupakan nama lain dari Antasena, sedangkan versi Yogyakartamenyebut Antasena sebagai adik lain ibu Antareja, selain Gatutkaca. Sementara itu dalam pewayangan zaman para dalang versi Surakarta umumnya juga mengisahkan Antareja dan Antasena sebagai dua orang tokoh yang berbeda.


Asal-Usul

Antareja adalah putra sulung Bimasena yang lahir dari Nagagini putri Batara Anantaboga, dewa bangsa ular. Perkawinan Bima dan Nagagini (dalam lakon Bale Sigala-gala) terjadi setelah Pandawa selamat dalam peristiwa terbakarnya Bale Sigala-gala yang dibuat Kurawa untuk membunuh Pandawa
Bima kemudian meninggalkan Nagagini dalam keadaan mengandung. Antareja lahir dan dibesarkan oleh Nagagini sampai ketika dewasa ia memutuskan untuk mencari ayah kandungnya. Dengan bekal pusaka Napakawaca pemberian Anantaboga dan Cincin Mustikabumi pemberian Nagagini, Antareja berangkat menuju Kerajaan Amarta.
Di tengah jalan Antareja menemukan mayat seorang wanita yang dimuat dalam perahu tanpa pengemudi. Dengan menggunakan Napakawaca, Antareja menghidupkan wanita tersebut, yang tidak lain adalah Sembadra istri Arjuna.
Tiba-tiba muncul Gatutkaca menyerang Antareja. Gatutkaca memang sedang ditugasi untuk mengawasi mayat Subadra untuk menangkap pelaku pembunuhan terhadap bibinya itu. Subadra yang telah hidup kembali melerai kedua keponakannya itu dan saling memperkenalkan satu sama lain.
Antareja dan Gatutkaca gembira atas pertemuan tersebut. Kedua putra Bima itu pun bekerja sama dan akhirnya berhasil menangkap pelaku pembunuhan Subadra yang sebenarnya, yaitu Burisrawa.
Kisah kemunculan Antareja untuk pertama kalinya tersebut dalam pewayangan Jawa biasa disebut dengan judul cerita Sembadra Larung.

Kesaktian

Antareja memiliki Ajian Upas Anta pemberian Batara Anantaboga. Lidahnya sangat sakti, makhluk apapun yang dijilat bekas telapak kakinya akan menemui kematian. Anatareja berkulit Napakawaca, sehingga kebal terhadap senjata. Ia juga memiliki cincin Mustikabumi, pemberian ibunya, yang mempunyai kesaktian, menjauhkan dari kematian selama masih menyentuh bumi maupun tanah, dan dapat digunakan untuk menghidupkan kembali kematian di luar takdir. Kesaktian lain Anantareja dapat hidup dan berjalan di dalam bumi.

Sifat

Anantareja memiliki sifat jujur, pendiam, sangat berbakti pada yang lebih tua dan sayang kepada yang muda, rela berkorban dan besar kepercayaanya kepada Sang Maha Pencipta. Ia menikah dengan Dewi Ganggi, putri Prabu Ganggapranawa, raja ular di Tawingnarmada, dan berputra Arya Danurwenda.
Setelah dewasa Anantareja menjadi raja di negara Jangkarbumi bergelar Prabu Nagabaginda. Ia meninggal menjelang perang Bharatayuddha atas perintah Prabu Kresna dengan cara menjilat telapak kakinya sebagai tabuk tawur (tumbal atau korban untuk kemenangan) keluarga Pandawa dalam perang Bharatayuddha. Sebenarnya, kematian Antareja memang disengaja oleh para pujangga Jawa karena dalam Kakawin Bharatayuddha maupun Kakawin Mahabharata tidak ada tokoh Antareja.

Antasena

Anantasena, atau sering disingkat Antasena adalah nama salah satu tokoh pewayangan yang tidak terdapat dalam naskah Mahabharata, karena merupakan asli ciptaan para pujangga Jawa. Tokoh ini dikenal sebagai putra bungsu Bimasena, serta saudara lain ibu dari Antareja dan Gatotkaca.
Dalam pewayangan klasik versi Surakarta, Antasena merupakan nama lain dari Antareja, yaitu putra sulung Bimasena. Sementara menurut versi Yogyakarta, Antasena dan Antareja adalah dua orang tokoh yang berbeda.
Akan tetapi dalam pewayangan zaman sekarang, para dalang Surakarta sudah biasa memisahkan tokoh Antasena dengan Antareja, sebagaimana yang dilakukan oleh para dalang Yogyakarta.



Asal-Usul

Antasena adalah putra bungsu Bimasena atau Werkudara, yaitu Pandawa nomor dua. Ia lahir dari seorang ibu bernama Dewi Urangayu putri Batara Baruna. Bima menikah dengan Urangayu dalam cerita Kali Serayu Binangun, yaitu saat Pandawa dan Kurawa berlomba untuk membuat sungai tembus ke samudra. Bima meninggalkan Urangayu dalam keadaan mengandung ketika ia harus kembali ke negeri Amarta.
Saat Antasena masih dalam kandungan, Kahyangan Suralaya diserbu oleh Prabu Dewa Kintaka dari Kerajaan Guwacinraka yang bemaksud untuk merebut dan menikahi Batari Kamaratih. Antasena yang masih dalam kandungan, dikeluarkan oleh Sang Hyang Narada, dan diajukan ke peperangan. Berkat perlindungan Sang Hyang Wenang, Antasena mampu mengalahkan Prabu Dewa Kintaka dan pasukannya. Setelah mampu mengalahkan musuh kahyangan, Antasena diserahkan kepada Sang Hyang Antaboga untuk dididik menjadi satriya.
Setelah dewasa ia berangkat menuju Kerajaan Amarta untuk menemui ayah kandungnya. Saat itu para Pandawa sedang mempersiapkan pesta, karena Pandawa nomor tiga, Arjuna akan menikahkan salah satu putrinya Dewi Pergiwati, dengan putra mahkota Karajaan Amarta yaitu bernama Raden Pancawala, yang merupakan putra Pandawa nomor satu Yudhistira. Pernikahan antar saudara sepupu tersebut nyaris gagal karena ulah Begawan Durna yang berniat untuk menjodohkan Pergiwati dengan putra mahkota Hastina, Raden Lesmana Mandrakumara. Berkat bantuan Antasena, Pancawala berhasil melarikan Pergiwati dan terlindungi dari amukan Kurawa. Setelah kejadian tersebut Arjuna akhirnya sadar, dan meresmikan pernikahan Pancawala dengan Pergiwati.
Beberapa tahun setelah pernikahan antara Pancawala dengan Pergiwati, Antasena kemudian menikahi sepupunya yang bernama Dewi Janakawati yang juga putri Arjuna, setelah bersaing dengan Setyaka dan Lesmana Mandrakumara.

Sifat dan Kesaktian

Antasena digambarkan berwatak polos dan lugu, namun teguh dalam pendirian. Dalam berbicara dengan siapa pun, ia selalu menggunakan bahasa ngoko sehingga seolah-olah tidak mengenal tata krama. Namun hal ini justru menunjukkan kejujurannya di mana ia memang tidak suka dengan basa-basi duniawi.
Dalam hal kesaktian, Antasena dikisahkan sebagai putra Bima yang paling sakti. Ia mampu terbang, amblas ke dalam bumi, serta menyelam di air. Kulitnya terlindung oleh sisik udang yang membuatnya kebal terhadap segala jenis senjata.

Kematian

Antasena dikisahkan meninggal secara moksa bersama sepupunya, yaitu Wisanggeni putra Arjuna. Keduanya meninggal sebagai tumbal kemenangan para Pandawa menjelang meletusnya perang Baratayuda.
Ketika itu Wisanggeni dan Antasena menghadap Sanghyang Wenang, leluhur para dewa untuk meminta restu atas kemenangan Pandawa dalam menghadapi Kurawa. Sanghyang Wenang menyatakan bahwa jika keduanya ikut berperang justru akan membuat pihak Pandawa kalah. Wisanggeni dan Antasena pun memutuskan untuk tidak kembali ke dunia. Keduanya kemudian menyusut sedikit-demi sedikit dan akhirnya musnah sama sekali setelah dipandang Sanghyang Wenan

Wisanggeni

Wisanggeni dalam bentuk wayang kulit gaya Surakarta.
Bambang Wisanggeni adalah nama seorang tokoh pewayangan yang tidak terdapat dalam.. wiracarita Mahabharata, karena merupakan tokoh asli ciptaan pujangga Jawa. Ia dikenal sebagai putra Arjuna yang lahir dari seorang bidadari bernama Batari Dresanala, putri Batara Brama. Wisanggeni merupakan tokoh istimewa dalam pewayangan Jawa. Ia dikenal pemberani, tegas dalam bersikap, serta memiliki kesaktian luar biasa.

Kelahiran

Kisah kelahiran Wisanggeni diawali dengan kecemburuan Dewasrani, putra Batari Durga terhadap Arjuna yang telah menikahi Batari Dresanala. Dewasrani merengek kepada ibunya supaya memisahkan perkawinan mereka. Durga pun menghadap kepada suaminya, yaitu Batara Guru, raja para dewa.
Atas desakan Durga, Batara Guru pun memerintahkan agar Batara Brama menceraikan Arjuna dan Dresanala. Keputusan ini ditentang oleh Batara Narada selaku penasihat Batara Guru. Ia pun mengundurkan diri dan memilih membela Arjuna.
Brama yang telah kembali ke kahyangannya segera menyuruh Arjuna pulang ke alam dunia dengan alasan Dresanala hendak dijadikan Batara Guru sebagai penari di kahyangan utama. Arjuna pun menurut tanpa curiga. Setelah Arjuna pergi, Brama pun menghajar Dresanala untuk mengeluarkan janin yang dikandungnya secara paksa.
Dresanala pun melahirkan sebelum waktunya. Durga dan Dewasrani datang menjemputnya, sementara Brama membuang cucunya sendiri yang baru lahir itu ke dalam kawah Candradimuka, di Gunung Jamurdipa.
Narada diam-diam mengawasi semua kejadian tersebut. Ia pun membantu bayi Dresanala tersebut keluar dari kawah. Secara ajaib, bayi itu telah tumbuh menjadi seorang pemuda. Narada memberinya nama Wisanggeni, yang bermakna "racun api". Hal ini dikarenakan ia lahir akibat kemarahan Brama, sang dewa penguasa api. Selain itu, api kawah Candradimuka bukannya membunuh justru menghidupkan Wisanggeni.
Atas petunjuk Narada, Wisanggeni pun membuat kekacauan di kahyangan. Tidak ada seorang pun yang mampu menangkap dan menaklukkannya, karena ia berada dalam perlindungan Sanghyang Wenang, leluhur Batara Guru. Batara Guru dan Batara Brama akhirnya bertobat dan mengaku salah. Narada akhirnya bersedia kembali bertugas di kahyangan.
Wisanggeni kemudian datang ke Kerajaan Amarta meminta kepada Arjuna supaya diakui sebagai anak. Semula Arjuna menolak karena tidak percaya begitu saja. Terjadi perang tanding di mana Wisanggeni dapat mengalahkan Arjuna dan para Pandawa lainnya.
Setelah Wisanggeni menceritakan kejadian yang sebenarnya, Arjuna pun berangkat menuju Kerajaan Tunggulmalaya, tempat tinggal Dewasrani. Melalui pertempuran seru, ia berhasil merebut Dresanala kembali.

Sifat dan Kesaktian

Secara fisik, Wisanggeni digambarkan sebagai pemuda yang terkesan angkuh. Namun hatinya baik dan suka menolong. Ia tidak tinggal di dunia bersama para Pandawa, melainkan berada di kahyangan Sanghyang Wenang, leluhur para dewa. Dalam hal berbicara, Wisanggeni tidak pernah menggunakan basa krama (bahasa Jawa halus) kepada siapa pun, kecuali kepada Sanghyang Wenang.
Kesaktian Wisanggeni dikisahkan melebihi putra-putra Pandawa lainnya, misalnya AntarejaGatutkaca, ataupun Abimanyu. Sepupunya yang setara kesaktiannya hanya Antasenasaja. Namun bedanya, Antasena bersifat polos dan lugu, sedangkan Wisanggeni cerdik dan penuh akal.

Kematian

Menjelang meletusnya perang Baratayuda, Wisanggeni dan Antasena naik ke Kahyangan Alang-alang Kumitir meminta restu kepada Sanghyang Wenang sebelum mereka bergabung di pihak Pandawa. Akan tetapi, Sanghyang Wenang telah meramalkan, pihak Pandawa justru akan mengalami kekalahan apabila Wisanggeni dan Antasena ikut bertempur.
Setelah melalui beberapa pertimbangan, akhirnya Wisanggeni dan Antasena memutuskan untuk tidak kembali ke perkemahan Pandawa. Keduanya rela menjadi tumbal demi kemenangan para Pandawa. Mereka pun mengheningkan cipta. Beberapa waktu kemudian keduanya pun mencapai moksa, musnah bersama jasad mereka.

Eps.03 Kucing Besar di Negeri Kaca

Eps.02 Manuskrip Hadits Rahasia Timur Tengah

Eps.01 Manuskrip Langka Mencengangkan tentang Akhir Zaman

27/01/2019

Persiapan menghadapi perang akhir zaman | Al Malhamah Qubro atau Al Marg...

Proses Terjadinya Malhamah Kubro, Perang Dahsyat Akhir Zaman - Khalid Ba...

MEMBUKA KENYATAAN HIDUP INSAN KAMIL


Bismillahirrohmanirrohim.

Aku berniat menyatakan hidupku yang sempurna, hidup yang sudah berpengertian Allah. Terang sempurna dalam pengertianku, aku nyata dari Allah dan selamanya bersama Allah. Aku tidak menutupi hidupku :
“ Sesungguhnya aku tidak berpisah dengan Allah ( Menjaga Tauhidku dalam keesaan Allah ) – dan aku junjung martabatku , yang tidak berpisah dengan Baginda Muhammad yang menjadi junjunganku. Selamanya beserta junjunganku , menjalin rasa dengan junjunganku , mengikuti kenyataan junjunganku sebagai Rasulullah “.

Aku awali dalam pengertianku , menyatakan asalku “ Aku berasal dari Allah dan selamanya hidup bersama Allah. Sekembalinya aku menjalani kenyataan , dan aku kembali keapada Allah , tanpa ada halangan dari godaan prasangkaku.

“ Ana inza dzonna a’bdi wa ana maa’hu izaazakaronii, fain zakaronii nafsihi zakartuhu fii nafsii “

“ Aku ( Allah ) menurut prasangka hamba-Ku kepada-Ku , dan Aku bersamanya apabila ingat kepada-Ku.
Jika ia ingat kepada-Ku dalam dirinya maka Aku nmengingatnya dalam diri-Ku”

( Hadits Qudsi Riwayat Bukhari )


Dengan keinginan Allah yang ingin dikenali. Aku menyatakan Kesucia-Nya atas penciptaanku. Aku menyatakan rahasia kejadianku :

“ Kuntu khojiinatan khofiyatan ahbabtu an u’rofa fakholaqtu alkholqo fataa’rroftu ilathim faa’ro fuunii “

“ Aku ( Allah ) adalah perbendaharaan yang tersembunyi ( Ghoib ). Aku ingin memperkenalkan siapa Aku,
maka Aku ciptakan makluk.Oleh karena itu Aku memperkenalkan diri-Ku kepada mereka.
Maka mereka mengenal Aku. “

( Hadits Qudsi )





ALLAH YANG MAHA SUCI TERANG DENGAN KEINGINANNYA.

( Membuka dengan Nur- Nya )


NURRULLAH

( Melaksanakan , Turun Cipta , Mencipta )


NUR MUHAMMAD

( Mengisi , Turun Rasa , Merasai )


NUR ADAM

( Bergerak , Turun Karsa , Menginginkan )


NUR MANI

( Menyatu , Dalam Cipta , Rasa dan Keinginan , Menjadi )


MANUSIA SEMPURNA

( Hidup Sempurna membawa wujudku, menjalani kenyataaan Cipta, Rasa , Kasa Allah )


Segala puji bagi Allah , yang telah menciptakan aku dengan kesucian-Nya. Untuk bersyukur kepada keinginan suci-Nya , aku menjaga kesucianku. Karena sesungguhnya Nur Mani itu berasal dari tempat yang suci ( Qudus ) , dan dengan af’al-Nya menyatukan anasir penciptaan-Nya berwujud menjadi mani, seketika itu dengan segala pernyataan-Nya , Allah mewujudkan Baitul Muqoddas. Yang sebagai tempat kesucian-Nya yang diakui dan seluruh hamba-Nya.

Sudah menjadi kenyataan hidupku , mani yang suci akan berpindah pada tempat yang suci / bumi suci ( Rahim Ibu ), ketika ada rasa suci yang mengutus dalam diriku ( Rasa Birahi ) . bertemu unsur lelaki ( Sperma ) dan perempuan ( Ovum ) . tidak ada goda seketika itu nyata dalam kenyataan suci. Asal dari tempat suci dan akan kembali kepada yang Maha Suci. Semua sudah menjadi kenyataan Fitrahku, lahir sebagai Insal Kamil.

Sebagai insan kamil yang mendapat cinta Allah , kurestui anak keturunanku. Nyata keturunanku suci bersama Allah mendapat haknya dari pernyataan Allah Yang Maha Suci.

RAHASIA PERWUJUDAN BADAN MENUJU INSANE KAMIL
KETIKA DI BUMI SUCI ( RAHIM IBU )

Aku menyadari ketika aku di bumi suci ( rahim ibu ) aku mendapat cipta , rasa , karsa dari Allah. Bertahta menjadi badan sempurna :

• ketika aku berumur 40 hari , aku masih berwujud mani , bertahta dalam permulaan badanku. Dengan restu Yang Maha Suci , maniku menggumpal menjadi titik ( o ) , pertanda adanya hidup yang dihidupi Dzatullah.

• Ketika aku berumur 80 hari , aku bergerak membungkus maniku , bertahta dalam perlindungan badanku. Dengan restu Yang Maha Mulia , maniku membentuk huruf Mim ( م ) , pertanda adanya sifat yang di sifati oleh Sifatullah

• Ketika aku berumur 120 hari , aku menumbuhkan badanku , bertahta dalam tujuan badanku. Dengan restu Yang Maha Menyertai , maniku membentuk huruf Alif ( ا ), pertanda adanya asma yang diasmai oleh Yang Maha Menyertai ( Asmatullah ).

• Ketika aku berumur 140 hari , aku menyambung menjadi wujud yang terpelihara , bertahta dalam menguatkan badanku. Dengan restu Yang Maha Kuat , maniku membentuk huruf Dal ( د ) , pertanda adanya af’al ( perbuatan ) yang di af’ali oleh Af’alullah.

• Ketika aku berumur 270 hari , aku tidak kukurangan , membuka pintu salam menjalani kenyataan , bertahta dalam sampurnanya badanku. Dengan restu Yang Maha Mengenali , aku hidup mengenali Allah. Badanku dari kepala sampai kaki membentuk huruf : Mim , Ha , Mim , Dal ( محمد ) . pertanda adanya perjalanan hidup dari af,al – asma – sifat – kembali pada Dzat, sampurnalah badanku menerima Kodrat Irodat Insan Kamil.

Aku harus teguh membawa badan , menjaga cipta , rasa , karsa , Allah. Dan aku tidak mendustai kenyataan-Nya. Dia menciptakan aku untuk mengenali-Nya. Nyata atas martabat badanku , ya titik , ya mim , ya alif , ya dal.

. م ا د



NYATA ATAS MARTABAT BADANKU :


• Titik , bertempat pada kemaluan. Adalah pencarianku menuju Baitul Muqoddas atas perjuanganku , aku menjaga kesucianku ( kemaluanku ) untuk memulai pencarianku , aku tidak kesamaran , bahwa Allah dan Muhammad ada bersamaku.


• Mim, bertempat pada kepala , adalah pencarianku menuju Baitul Makmur atas semangatku , aku menjaga apa yang ada di dalam kepalaku untuk membangkitkan pencarianku , aku membersihkan apa yang ada dalam kepalaku untuk mengikuti Muhammad yang terpuji dalam menjalin rasa terpuji.

• Alif , di jaga tangan , bertempat di dada , dilipat dan disamarkan menjadi huruf ( ا ) , adalah tempat pencarianku untuk menuju Baitul Muharram atas kepercayaanku , aku menjag apa yang ada di dalam dadaku untuk menemukan pencarianku , aku membersihkan apa yang ada di dalam dadaku , untuk mencari alif dalam kenyataanku.


• Dal , bertempat di kaki, adalah sarana pencarianku menuju Baitul Muqoddas , Baitul Makmur , dan Baitul Muharram dalam mencari Allah Yang Maha Tunggal , berkumpul menjadi satu dalam kenyataan insane kamil





RAHASIA PENYATUAN DHOHIR BATIN DAN MENERIMA PINTU KELUAR MASUK HAWA.
( LUBANG SEMBILAN KETIKA DI BUMI SUCI / RAHIM )


Aku bersaksi , aku ciptaan Allah , sampurna menyatunya dhohir batinku dengan jalan sembilan yang sebagai penyambungnya adalah sebagai berikut :


• Ketika aku berumur satu bulan , aku diberi hidup oleh Allah untuk menerima sifat ( Bakal menjadi rongga mulut )

• Ketika aku berumur dua bulan , aku diberi warna dhohir – batin oleh Allah untuk menerima sifat ( Bakal menjadi lubang hidung kanan )

• Ketika aku berumur tiga bulan , aku diberi akal oleh Allah untuk mengenali jodoh alam , rezeki alam , sebab akibat alam , dan mati kembalinya alam , hal - hal untuk menerima sifat ( bakal menjadi rongga mata kanan )

• Ketika aku berumur lima bulan , aku diberi otot oleh Allah untuk menerima sifat ( bakal menjadi rongga mata kiri )

• Ketika aku berumur enam bulan , aku diberi tulang oleh Allah untuk menerima sifat ( bakal menjadi lubang telinga kanan )

• Ketika aku berumur tujuh bulan ,aku diberi rambut , kuku , darah, daging oleh Allah untuk menerima sifat ( bakal menjadi lubang telinga kiri )

• Ketika aku berumur delapan bulan , aku disambungkan dengan saudara empat kelima puser oleh Allah untuk menerima sifat ( bakal menjadi lubang anus / dubur )

• Ketika aku berumur sembilan bulan , aku diberi cipta , rasa , karsa oleh Allah , untuk menerima sifat bakal menjadi lubang kemaluan ( jalan depan ). Setelah itu diatur dalam singgasana hidupku untuk menjaga badanku , mengolah akalku - budiku – hatiku serta menghiasi jiwaku , menata rasaku, memperindah cahayaku , memasuki kerajaan hidupku kemudian kubawa semuanya untuk menjalani hidupku. Setelah itu keluarlah aku dari bumi suci ( rahim ) untuk menjalani hidup mulia dan menerima kepastian Allah guna menikmati hidup yang tanpa kekurangan , sejalan dengan itu aku bersyukur kepada Allah dalam mengabdikan hidup yang benderang.


“ Inna kholaqnal insaana min nuthfatiin amsyajin nabtaliihi fajaa’lnahu samia’n bashiiroon “

“ Sesunguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur , yang kami hendak mengujinya ( dengan perintah dam larangan ) , karena itu Kami jadikan ia mendengar dan melihat “



MEMASUKI ALAM BADAN


wahai Tuhan ku Yang Maha Mulia , aku menerima kehendak – Mu atas kemulian badanku dan bersaksi pada apa yang telah Engkau satukan dalam dhohir batin ku. Ku buka pintu hidupku , memasuki hidup dalam singgasana – Mu :

ku buka pintu hidupku ( ubun – ubun )
memasuki daya ciptraku ( Otak )
kuwarnai dengan keinginanku , ( pernik )
menghiasinya dengan pengertianku ( budi pekerti )
menjelaskannya pada indraku
( Penglihatan , pendengaran , pengucapan , peciuman , dan peraba )
semua kuatur dalam nafas muliaku
meresapinya mendamai qolbu ku , menerima pengulangan keraguan hidupku
ku kumpulkan dalam jantungku , meyakini kodrat irodatku
memuja dan memujinya dalam jiwaku
menduduki rasa pengakuanku dalam tahta singgasana- Mu
*****

tunai lah sudah kebahagianku
kewajiban badan ku , menurunkan keturunan
mengawalinya dengan kehendak cipta rasaku ( Pringsilan )
merestui hasrat mustika suciku ( Kemaluan )
menyediakan tempat rahasia-Mu ( Mani )
menyatukan unsur ciptaan-Mu ( Tanah , Api , Angin , Air )
mewujudkan wujud keturunanku


sekembalinya aku dari singgasana-Mu, aku merestui anak keturunanku menunjukkan jalan mudah bersama-Mu, membisikkan ketetapan-Mu . “ Sekarang selamat , besok selamat, sekarang mulia , besuk mulia , sekarang hidup besuk hidup “



BADAN ISLAM BADAN SEMPURNA



Aku merestui , sesungguhnya badanklu badan islam ( selamat ) , didalam badanku yang islam ada akal – budi – hati yang bening , dan di dalamnya ada tempat pengertian keselamatanku antara lain :

• Iman . aku beriman bukan karena paksaan , yang mengimankan badan , yang mengimani batin akan Allah Yang Maha Nyata. Merasa tidak berpisah dengan Allah , terang tidak ada batas. Sempurna rasa badan dan jiwa , ya badan ya jiwa , ya jiwa ya badan. Bersatu sempurna bersama Ruhullah , Ruhullah menyatu dengan Dzat-Nya . nikmat dunia akherat bersama Allah

• Tauhid : Aku meng esakan Allah yang mentauhidkan badanku , yang ditauhiti batin dalam ke Esaan Allah. Rasa menyatu dalam sepanjang hidup , tunggal rasa dengan jiwa , tidak ada bedanya. Tunggal Dzat , sifat , asma , af’al. menyatu jadi sifatnya tauhid. Rasa hidupku menyatu dalam Dzat Yang Maha Tunggal. Badan terbuka keluar cahaya , merasakan rasa di dalam rasa hidupku. Bukan rasa apa – apa , hanya rasa hidup bersama Yang Maha Tunggal.

• Ma’rifat : Aku mengetahui apa yang harus aku ketahui. Yang mengetahui badanku , yang diketahui batinku , dalam pengetahuan Allah Yang Maha Mengetahui. Karena sesungguhnya yang memberi tahu itu sudah ada dalam diriku , dan apa yang ingin aku ketahui sudah ada dalam diriku. Tidak akan berpisah pengetahuan itu , siang , malam waspada dalam mengetahui. Dhohir batin membuka apa yang di ketahui. Sempurna pengetahuanku apabila sudah nyata apa yang kulihat itu adalah Nur Muhammad , Nur yang yang sebagai rahasianya Allah , diakui Sirrullah , di namakan Nurullah. Terang benderang menyinari alam semesta. Sempurna ma’rifatku dengan tidak ada halanganku sendiri.

• Islam : Selamat Dzohir batinku, pasrah tanpa menyerah. Selamat dalam siang dan malam , yang bersahadat ya dhohir ya batin , yang shalat ya dhohir ya bathin , yang puasa ya dhohir ya batin , yang zakat ya dhohir ya batin , yang haji ya dhohir ya batin. Sahadat pengetahuan suci , sholat tanpa batas , zakat tidak mengenal waktu , puasa awas kepada adanya Allah , haji tidak pernah merasa berpisah dengan Allah. Dhohir batin nyatanya islam ( selamat ). Aku sesungguhnya badan islam , islam sesungguhnya ya badanku. Hidup selamat tanpa halangan.



MA’RIFATNYA BADAN

Menyatu dalampengertianku , ma’rifat itu tidak ada pisahnya. Alam semesta ini tunggal dengan diriku , sebadan , senyawa , sekulit , sedaging , ya sehati , ya serasa. Menyatu dalam alam Hidayatullah. Dengan kuasa Allah menyatu dalam wujud Insan Kamil.


DELAMAKAN / TELAPAK KAKI
( DEDALAN MARING KEBECIKAN / JALAN MENUJU KEBAIKAN )

Laillahaillallah : aku menyatu dengan kekuasaan Allah. Sesungguhnya apa yang di bumi ini , api , air , batu , tumbuhan , hewan , semuanya merasuk menyatu pada telapak kakiku. Bijaksanan didalam perbuatanku ( af,al ) , diakui alam Nasut.


WUDEL / PUSER ( WUJUDNYA DEDALAN HIDUP / WUJUD ADANYA HIDUP )

Lamaujuda illallah : Aku menyatu dengan keperkasaan Allah. Sesungguhnya apa saja yang di alam raya ini , baik itu matahari , bulan , bintang , mega , hujan , kilat , halilintar , semuanya menyatu merasuk sejiwa di dalam pusarku. Bijaksana didalam penamaan ( asma ) , diakui alam malakut.


DADA ( DAERAHE DAT / DAERAHNYA DAT )


Lamahmuda illallah : Aku menyatu dengan kebesaran Allah. Sesungguhnya segala puja dan puji , ya kalam ya lauhfulmahfud , ya surga ya neraka , semua merasuk sejiwa serasa di dalam dadaku. Bijaksana didalam sifatku ( sifat ) , diakui Alam Jabarut.


SIRAH / KEPALA ( SIFATE RAHSA / SIFATNYA RASA )


Lafailla illallah : Aku menyatu dengan Yang Maha Mengenali Diri – Nya , memandang keluasan – Nya. Dan aku mengerti adanya hijabul Rahman. Seluruh keadaan Ghoib ( hidup Halus ) halusnya af’al , halusnya asma , halusnya sifat , halusnya alam ketuhanan , semua merasuk sehidup didalam kepalaku. Dari itu aku menerima adanya dinding Jalalullah , sebagai tanda bijaksana di dalam pengetahuanku. Bijaksana di dalam hidupku , diakui Alam Lahut.

Karena kuasa Allah , seluruhnya menyatu sejiwa di dalam badanku. Adanya alam kasar dan alam halus ini diadakan hanya karena penciptaanku. Atas dasar kenyataan itu , aku kuat dalam penyatuan. Sempurna rasa luar dalamku diliputi Allah , menerima kerajaan Allah yang sudah ada dalam diriku sendiri.

“ Qul Allahumma ma likal mulki tuktiil mulka man tasyaa “

“ Katakanlah : Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan , Engkau berikan kerajaan kepada siapapun yang Engkau kehendaki “ ( Q.S . Ali Imron : 26 )


AF’ALNYA BADAN


Aku berniat menata hidupku , hidup yang sesuai dengan kehendak suciku. Membuka tanpa ragu kekuatan cipta suciku , untuk memasuki cipta qolbuku , menjelaskan prasangka hidup pada nafsu suciku , membimbing jiwa menuju pada penempatan hidup , merasakannya menunaikan kebenaran rasa hidupku , yaitu hidup yang bertahta pada perbuatan hidupku ( syareat ) , bertahta pada caraku menjalaninya ( tarekat ) , bertahta pada kebenarannya ( hakekat ) uantuk menuju tahta yang Maha Mengatur hidupku. Aku menata hidupku , ketika aku :


BERDIRI

aku berdiri karena menyatu dengan anasir tanah yang ada di badanku. Membawa pengertian syare’at ( peraturan hidup ). Bertahta dengan nafsu Lawwammah , mengatur perbuatanku dalam menjalankan peraturan suci , untuk menyatu dengan perbuatan Tuhan Yang Maha sampurna.


RUKU


Aku rukuk karena menyatu dengan anasir api yang ada di badanku. Membawa pengertian tentang penamaan hidup , dalam mengenali cara kehidupan ( tarekat ). Bertahta dengan nafsu amarah , melaksanakan cara hidup suci. Mengenali Tuhan Yang Maha Membimbing.


SUJUD

Aku sujud karena menyatu dengan anasir angin yang ada di badanku. Membawa pengerti kebenaran hidup ( hakekat ). Bertahta dengan nafsu shufiyah , menjalankan kebenaran menuju kebenaran-Nya , mengenali Tuhan Yang Maha Benar.


DUDUK

Aku duduk karena menyatu dengan anasir air yang ada di badanku. Membawa pengertian waspada dalam hidup ini ( Ma’rifat ). Bertahta dengan nafsu Mutmainah , menyiapkan kewaspadaan , menuju kenyataan hidup. Mengenali Tuhan Yang Maha Mengawasi.


TIDUR

Aku tidur memasuki alam dalam badan , aku masuk menenangkannya , menyadarkan hati untuk menghadap-nya , tenggelam jiwaku mencari-Nya , menikmati rahsa hidup bersama-Nya. Damai tidurku bersama Tuhan Yang Tidak Pernah Tidur.


BANGUN TIDUR

Aku bangun mataku terbuka , membuka kehidupan , menjelaskan pada badan tentang kesempurnaannya , menenangkan hati untuk siap menghadapi kenyataan hidup, , menentramankan jiwa menerima kenyataan , mawas diri terhadap apa yang terjadi , mengenali hidup bersama Tuhan Yang Maha Menghidupi.


MAKAN

Aku memakan makluk sudah menjadi kehendak Allah. Pertanda adanya Yang Maha Menciptakan. Sudah menjadi kepastian hidup , ada kehidupan pasti ada makanan. Semua ini sudah menjadi hukum Allah atas segala pengakuan-Nya. Yang lama dibarukan , yang baru diakui , yang diakui akan kembali kepada Yang Maha Mengembalikan. Karena perputaran ini aku mengikuti dengan tidak ada henti , menerima salam dari Yang Maha Menciptakan wujud. Menuju wujud yang diakui oleh Allah.

“ Wa thoa hiru a’bdi fahuwa robbaa “

“ Dhohirnya hamba , menunjukkan adanya Allah “

“ Wa bathinul a’bdi fahuwa wujuudullah “

“ Didalam bathinnya hamba itu , ada nya Allah “

aku akui apa yang aku perbuat itu ( makan ) menjadi penyambung kehidupan. Mengikuti peraturan kehidupan. Menjalankan perputaran anasir air , angin, api , tanah. Untuk mengikuti perputaran ini aku tidak akan melawan, karena perlawanan itu adalah penghancur hidupku sendiri. Aku harus iklas , karena dengan begitu aku mudah menuju wujud yang diakui oleh Allah.


MINUM

Aku meminum air sudah menjadi keinginanku , menuju tarik – menarik nya anasir air. Luar dalam saling menarik membutuhkan dan saling melengkapi. Menandakan adanya Tuhan Yang Maha Memberi. Badan anasir luar dalam anasir , menyatu tanpa pisah. Badan mencari air , air menghidupkan badan. Bertemu di dalam badan menjalani kehidupan bersama Yang Maha Menghidupkan.


NGISING / BUANG AIR BESAR
( NGISI SINGGAHAN / MENGISI BUMI )


Aku duduk mengisi bumi , jatuh tinjaku , ku tinggal di bumi. Menyebar dzatnya menjadi penyubur bumi :

• Tinja yang warna putih jatuh di bumi , berkumpul dengan air bumi, menjadi daya air bumi , rembes di bumi menjadi pendingin ( awalnya penyubur ) , diakui cipta jadinya karena makanan yang aku makan mengandung anasir air , masuk ke dalam tubuhku bertemu daya sempurnyanya nafsu Muthmainah.

• Tinja yang warna kuning jatuh ke bumi , berkumpul dengan hawa bumi (angin ) , menjadi daya angin bumi , meresap di bumi menjadi penyambungnya penyubur. Diakui cipta jadinya karena makanan yang aku makan mengandung anasir angin masuk ke dalam tubuhku bertemu dengan daya mulianya nafsu Shufiyah.

• Tinja yang warna merah jatuh ke bumi , berkumpul dengan api bumi, menjalar di bumi menjadi penguatnya penyubur. Diakui cipta jadinya karena makanan yang aku makan mengandung anasir api yang masuk ke dalam tubuhku bertemu daya kuasnya nafsu Amarah.

• Tinja yang warna hitam jatuh ke bumi, berkumpul di bumi, menjadi daya bumi , merambat di bumi menjadi pendorong pertumbuhan. Diakui cipta jadinya karena makanan yang aku makan mengandung anasirnya tanah , masuk ke dalam tubuhku bertemu daya kuatnya nafsu Lauwwammah.

Aku akui ada hidup ya ada makanan. Sudah menjadi kehendak Allah Yang Maha Menyuburkan. Dari itu untuk melaksanakan kewajibanku , ketika aku membuang hajat besar aku harus diam mengheningkan cipta menyadari kebesaran Allah yang ada pada badanku. Setelah aku membuang hajat besar , aku bersihkan dari badanku , sebagai tanda aku tidak pelit dan bermanfaat sebagai Insan Kamil.


NGUYU / KENCING
NGUYURI YUWO / MUDA KEMBALI


Aku mengeluarkan air ( hajat ) , sudah menjadi kuasa Allah., keluar air empat warna menjadi daya kehidupan bumi :

• air yang warna putih , dayanya mengembalikan kehidupan bumi , yang tua dilayukan. Diakui cipta jadinya karena menyatunya air luar ( minuman ) dengan air dalamku ( bawaan badan ) , kemudian diterima sempurnanya Roh Idhofi yang ada dalam tubuhku. Diakui hujan air bani ( Terus Menurunkan ).

• Air yang warna kuning , dayanya merontokkan kehidupan bumi , yang layu di rontokkan , diakui cipta jadinya karena menyatu air luar ( minuman ) dengan air dalamku ( bawaan badan ) , kemudian diterima mulianya Roh Rahmani yang ada di dalam tubuhku. Diakui hujan air Bai’at ( Pengangkatan ).

• Air yang warna merah , dayanya mematikan kehidupan bumi , yang rontok di matikan. Diakui cipta jadinya karena menyatunya air luar ( minuman ) dengan air dalamku ( bawaan Badan ) , kemudian diterima kuasa nya Roh Rohani yang ada dalam tubuhku. Diakui hujan air Badri ( Mempercepat ).

• Air yang warna semu hitam , dayanya menumbuhkan kehidupan bumi , yang mati di hidupkan kembali ( Yuwa / Muda Kembali ). Diakui cipta jadinya karena menyatunya air luar ( minuman ) dengan air dalamku ( bawaan badan ) , kemudian diterima kuatnya Roh Jasmani yang ada dalam tubuhku. Diakui hujan air Ba’ats ( Kebangkitan ).


Demi perintah Allah , aku menjalani perintah tubuhku. Dikala buang hajat kecil aku mengheningkan cipta murni menyadari kekuatan Allah yang ada pada tubuhku. Dan setelahnya kubersihkan jangan sampai ada yang tertinggal , terbawa manfaat apa yang telah menjadi kodrat Insan Kamil.


Aku mengikuti gerak alam ini , ku tahu
Dia-lah penggerak-Nya. Demi persatuaan
yang tak terpisah , Aku membaca nama
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang di setiap aku mau menjalani
gerak hidup ini ( af’alnya tubuh )

“ Bismillahirrohmanirrohiim “




ASMANYA TUBUH


Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan hidupku yang sempurna. Ada tubuh ada asmanya ( nama ) , ada asma ya nyatanya tubuh. Ya aku asma tubuh yang nyata diakui oeh Asma Allah. :


• Ya aku wujud kejaten , bertempat pada seluruh tubuhku. Diakui asmaku Abdul Jamal ( Hamba Allah Yang Indah Rupanya ). Nyata , luar dalam wujud sampurna diakui oleh Allah.

• Ya aku cipta laksana , bertempat pada akalku. Diakui asmaku Abdul Khaliq ( Hamba Allah Ynag Mencipta ). Nyata luar dalam ciptanya Allah.

• Ya aku duta jaya , bertempat pada nafsuku. Diakui asmaku Abdul Aziz ( Hamba Allah Yang Maha Perkasa ). Nyata luar dalam geraknya Allah.

• Ya aku Sukma Panawa , bertempat pada jiwaku. Diakui asmaku Abdul Latif ( Hamba Allah Yang Maha Halus ). Nyata , luar dalam jiwanya Allah.

• Ya aku Tunggal Surahsa , bertempat pada Rasaku. Diakui asmaku Abdul Hamid ( Hamba Allah Yang Maha Terpuji ). Nyata , luar dalam rasanya Allah.

• Ya aku Tejo Rahagi , bertempat pada cahaya peneranganku. Di akui asmaku Abdul Karim ( hamba Allah Yang Maha Mulia ). Nyata , luar dalam ya Nur nya Allah.

• Ya aku Agung Buwono , bertempat pada hidupku. Diakui asmaku Abdul Jabar ( Hamba Allah Yang Maha Agung ). Nyat , luar dalam hidupku sempurna bersama Allah ).


Tiada daya dan kuasa , dhohir batin – luar dalam milik Allah S.W.T.


SOPAN SANTUN HIDUP MEMBAWA ASMA


Tidak ada halangan dalam hidupku untuk menerima kekuasaan Allah , menjalani dengan sifatnya Rosulullah , melakukan dengan kelakuannya Bapa Adam. Sudah menjadi penyatuan dalam hidupku :


1. Jika menyatu dengan Allah. Nyata pengertiku , meresap di dalam cipta , terbuka di dalam rasa , kumpul dalam kehendak menghadap Allah ( karsa ). Merasa tidak berpisah bersama Allah , terang benderang dalam Esanya Allah.

2. Jika menyatu dengnan Baginda Rasullallah. Nyata rasaku di dalam menyaksikan tubuhku yang sempurna dan tidak ragu pada pengetahuan penciptaan tubuhku. Sempurna hidup tidak berpisah dengan Rasulallah.

3. Jika menyatu dengan Bapa Adam. Nyata , hidupku bermanfaat bagi seluruh alam , dan menjadi asma terpuji :


• Aku menggelar di alam semesta dengan Roh Odhofi , diakui Adam Awal. Rata menggelar menyatu dengan anasirnya air , menjadi sumbernya alam. Diasmai Abdul Wahid.

• Aku merambah di alam semesta dengan Roh Rahmani , diakui Adam Muhyi. Rata merambah menyatu dengan anasir angin, menjadi penghidupan alam. Diasmai Abdul Muhyi.

• Aku menjalar di alam semesta dengan Roh Rohani , diakui Adam Qahar. Rata menjalar menyatu dengan anasirnya api , menjadi penentunya alam. diasmai Abdul Qahhar.

• Aku berada dia alam semesta dengan Roh Jasmani , diakui Adam Akhir. Rata berada dengan anasirnya Tanah , menjadi perwujudan alam. Diasmai Abdul Jalil.

• Aku hidup dengan bangsa Adam , hidup tarik menarik dengan anasirnya : air , angin, api , tanah. Nyata sempurna menurunkan dzurriyyat Adam ( keturunan ) , diakui Bani Adam. Diasmai Abdullah.


Menyatunya aku dangan Allah , dengan Baginda Muhammad Rosulallah , dengan Bapa Adam. Itulah sejatinya Sopan Santu Hidupku.



SIFATNYA BADAN


Aku hidup membawa badan , menyatakan perbuatannya , memberi nama dari apa yang telah diketahuinya , mengenali sifat dari apa yang telah di rasakannya. Jelaslah kenyataanku , aku berbuat dari sifatku , kemudian aku menjelaskannya dengan memberi nama , sebagai tanda pengenalanku terhadap apa yang telah aku ketahui dalam sifat dan perbuatanku.

Perbuatanku, sifatku, penamaanku, semua kembali pada arah kehidupan. Mengikuti kepastian Allah , mengembalikannya pada hidup Allah. Yang berasal dari Allah akan kembali kepada Allah.

Aku bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan perangkat hidup yang telah menyatu pada badanku. Demi Insan Kamilku aku menjaga :



MULUT


Aku di beri mulut , dicipta oleh Allah Yang Maha Berbicara. Dijelaskan penamaan-Nya ( Asma Allah ) , untuk menyampaikankeinginan-Nya.

Dengan ,mulut Insan Kamilku, aku berbicara dengan perasaanku , menyampaikan kebenaran hidup.

Pada mulutku menjadi pintu Lauwwammah , sebagai jalan syare’atku ( Usaha Hidup ). Membuka kenyataan mengenali Tuhan Yang Maha Menyampaikan , atas segala apa yang ia inginkan. Dan aku memasuki alam badanku menemui hati sanubariku membuka rasa dari apa yang aku bicarakan. , menyatukannya dengan rasa kebenaran , menuju haqqullah mencapai sampurnanya pengucapan.

Bijaksana didalam hidupku , aku menjaga mulutku dari apa yang masuk ( makanan dan minuman ) , dan dari apa yang keluar ( pengucapan ).karena semua itu menjadi pertaliannya roh , dan bertahta pada roh jasmani.


TELINGA

Aku diberi kuping oleh Allah Yang Maha Mendengar , di jelaskan Rahman Rohiim Allah , untuk mendengarkan kasih sayang-Nya.

Dengan pendengaran Insan Kamilku , aku mendengar dengan perasaanku , menikmaati irama illahi , mengenali Yang Maha Mengajarkan.

Pada telingaku menjadi pintu nafsu amarahku , sebagai jalan mengenali petunjuk hidupku ( Tarekat ). Membuka kenyataan mengenali Yang Maha Memberi Tahu, atas segala apa yang telah menjadi penentuan-Nya. Dan aku memasuki alam badanku menemui hati maknawiku membuka perintah rahsa dari apa yang telah aku dengar , menyatukannya dengan pemahaman rahsa hidupku , menuju Haqqul Adam , mencapai pengajaran Tuhan.

Memuliakan di dalam hidupku , aku menjaga pendengaranku , dari tinggi rendahnya pengucapan. Karena semua itu adalah pendengarn rohku , dan bertahta pada Roh Rohani.


HIDUNG

Aku diberi hidung , dicipta oleh Allah Yang Maha Mengenalkan. Di jelaskan yang mulia , untuk mengenali kesempurnaan penciptaan-Nya. Ada wujud ya ada gerak , ada gerak ya ada bau pengenalan.

Dengan hidung Insan Kamilku , aku mengenali bau kepastian , menikmati rasa pengenalan Tuhan , mengenali Yang Maha Menjadikan.

Pada hidungku menjadi pintu nafsu shufiyahku , sebagai jalan mengenali kebenaran ( Hakekat ). Membuka kenyataan mengenali Yang Maha Dikenal. Atas segala apa yang menjadi kehendak-Nya. Dan aku memasuki alam badanku menemui hati siriku membuka sempurnanya rasa dari apa yang telah aku kenali. Menyatukannya dengan kepastian rasaku , menuju Yang Maha Pasti , mencapai penghirupan akan adanya Tuhan.

Menyempurnakan di dalam dadaku , aku menjaga di dalam penciumanku , dari bau yang telah menjadi kepastian ( tidak menghina pengenal ). Karena semua itu penciuman rohku , dan bertahta pada Roh Rahmani.



MATA ( MANUNGGAL DAN NYATA )


Aku diberi mata , dicipta oleh Allah Yang Maha Melihat. Dijelaskan Nur-Nya ( Nurullah ) , untuk melihat kenyataan _ Nya.

Jelaslah sudah aku melihat dengan Yang Maha Melihat. Melihat kenyataan atas keinginan Allah yang ingin di kenal. Tak samar lagi aku melihat apa yang telah diinginkan-Nya. Dia ada karena mengadakan kenyataan-Nya . dia mengadakan karena ingin di ketahui kenyataan-Nya.

هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

3. Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin[1452]; dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.( QS Al – Hadid : 3 )

[1452] Yang dimaksud dengan: yang Awal ialah, yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, yang akhir ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, yang Zhahir ialah, yang nyata adanya karena banyak bukti- buktinya dan yang Bathin ialah yang tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal.


Dengan penglihatan Insan Kamilku, aku melihat dengan pandangan dhohir batinku. Melihat wujud mengenali penamaan-Nya, di dalam mengenali penamaan-Nya aku melihat sifat dan keinginan_Nya. Tertata rapi dalam rahasia-Nya.

Pada mataku menjadi pintu nafsu Muthmainnah , sebagai jalan atas ma’rifatku. Membuka kenyataan hidup mengenali wajah Allah. Dan aku masuki alam badanku menemui hati fuadku untuk menyatukan rasa dari apa yang telah aku lihat , menuju jalullah mencapai indahnya penglihatan.

وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

115. dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah[83]. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.
( Q.S.>Al Baqarah : 115 )

[83] Disitulah wajah Allah maksudnya; kekuasaan Allah meliputi seluruh alam; sebab itu di mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya, karena ia selalu berhadapan dengan Allah.

mensucikan di dalam hidupku , aku menjaga penglihatanku , dari apa yang menjadi penglihatanku akan baik buruknya wujud ( Menghormati Ciptaan Allah ). Karena semua itu adalah penglihatan rohku , dan bertahta pada Roh Idhofi.


DZATNYA BADAN


Sudah nyata hidup ini , hidup yang nyata dengan Af’al , Asma , Sifat , dan Dzat-Nya Allah. Berkembang menjadi tahta hidupku , mengenali ketetapan Dzat dan kesempurnaan-Nya.


DZAT

Allah adalah asma Dzat , Dzat diberi nama Allah. Suci mulia tidak kecampuran.

DAT

Sudah nyata dan esa dzatullah menciptakan makluk dengan keluasan- Nya. Dialah yang luar dan di dalam. Dan yang berada pada makluk itu disebut dat. Jangan salah pengertian yang namanya dat adalah Dzatullah yang meliputi manusia dan yang berada di dalam diri manuisa.

Dari kenyataan ini , aku menjalankan hidup dengan izin Allah. Tertata rapi menjadi kebiasaan. ( Adate ).

ADATE

Sudah menjadi kebiasaan ( adate ) manusia melakukan kebiasaan. Jangan samar dan jangan gegabah , manusia hidup harus berhati – hati terhadap kebiasaan yang dilakukan. Karena ketetapan Dzat itu menjadi hukum hidup manusia.

Dari kebiasaan ini , aku harus menjalani kebiasaan kepada kebenaran sesuai dengan hukum Allah. Tertata rapi menjadi hukum kebiasaan ( Pengadatan ).


PENGADATAN

Setelah manusia menjalankan kebiasaan maka manusia itu menularkannya kepada manusia lainnya. Dan dengan kepastian Allah , hukum kebenaran kebiasaan itu akan berkumpul dengan sesama merasaknnya. Bertemu dan menjadi kepastian yang tidak berubah akan kebenaran kebiasaan ( Adat Istiadat ).

Dari kebenaran kebisaaan ini, aku harus menjaganya, agar terjaga hidupku dari kebiasaan yang melanggar kebenaran. Tertata rapih menjadi penjagaan kebenaran. ( Adat Istiadat ).


ADAT ISTIADAT

Sempurnalah sudah pencarian kebenaran, tinggal bagaimana aku melaksanakan kebenaran. Ku junjung tinggi Insan Kamilku , hormat menghormati adalah sempurnyanya kebenaran , menjadi martabat kemanusiaan.

MARTABAT MANUSIA

Hidup adalah kebenaran adalah martabat manusia itu sendiri, dia tidak rubah dari kebenaran, tetap kuat dalam keyakinan kebenaran, karena jalan Tuhan itu harus di tempuh dengan sabar dan berhati-hati, untuk menuju hidup terang bersama Allah.

TERANG

Aku menerangi hidupku dengan jalan Allah, menikmati kebenaran yang telah menjadi kebiasaan hidupku. Karena sabar dan hati-hati itu akan menjadi tenang dan teliti. Semua kunikmati dengan teliti. Semua kunikmati demi kesentosaan hidupku bersama Allah.


SENTOSA

Manusia akan sentosa hidupnya , apabila dia mantap pada ketetapan dan kenyataan yang dijalaninya, menjadi kepercayaan hidupnya. Tidaklah rubah kemantapan dan kepercahyaannya , menyadarkan diri terhadap apa yang dialaminya ( Ma’rifat )


MA’RIFAT

Manusia yang sudah ma’rifat itu tandanya mantap. Kemantapan yang berasal dari pasnya pemusatan dan kesadaran hidup. Dari itulah manusia harus berusaha terus menerus memahami kesadaran hidup , mawas diri menjaga waspada.


MANUSIA MA’RIFAT DZAT


Apabila manusia sudah menyatu dengan kesadarannya maka manusia itu akan menjadi waspada pada kesadaran keumuman dan waspada terhadap semesta alam. karena kesadaran itu berasal dari pasnya perhatian di dalam diam dan pengheningan cipta dan kewaspadaan itu berasal dari pasnya rasa kesadaran.

Kemana saja tidaklah rubah , terang pikirannya , mantap kepercayaanya (Iman ) , nikmat rasa hidupnya. Dan kesaksiannya menyatakan “ Hidup Tidak Kekurangan ( Syukur ) , dan Hidup Tanpa Halangan ( Yakin ) “. Hidup murni tanpa kecampuran.

Sejatinya rasa hidup itu berasal dari ketenangan yang pas , di dalam ketenangan yang pas itu ada kesadaran yang pas , di dalam kesadaran yang pas itu ada rasa hidup yang tidak kekurangan , dan didalam rasa yang tidak kekurangan itu ada “ Hidayatullah “ , yaitu Nikmat Hidup yang pas bersama Allah menerima sejatinya “ Ni’matullah “. Berawal dari takjub kepada Allah , menjadi adanya diam tidak bersuara , tenang tanpa gangguan melompong tanpa kosong.

22/01/2019

Menjual Ilmu


  
Assalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Request / Permintaan dari Azpp dari tanah Pasundan : 

Sebagian Dari kita berpendapat, kalau berjualan ilmu Agama hukumnya Haram,(tidak boleh)  akan tetapi kalau berjualan ilmu dunia hukumnya mubah (boleh). Jika kita berpendapat seperti itu maka ketahuilah bahwa semua ilmu itu berasal dari Allah SWT :
 
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلا النَّارَ وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (١٧٤)

“ Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, Yaitu Al kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api[*], dan Allah tidak akan berbicara[**] kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang Amat pedih “

[*] Maksudnya ialah makanan yang dimakannya yang berasal dari hasil menyembunyikan ayat-ayat yang diturunkan Allah, menyebabkan mereka masuk api neraka.

[**]. Maksudnya: Allah tidak berbicara kepada mereka dengan kasih sayang, tetapi berbicara dengan kata-kata yang tidak menyenangkan. 

Menjual Ilmu 
Sebenarnya pertanyaan dari saudara ku dari tanah pasundan dengan yang dimaksud Menjual Ilmu. masih begitu luas jika diterjemahkan menurut pribadi kita masing masing. 

Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. 

Dalam Firman Allah SWT  berisi tentang larangan menyembunyikan  dan Menjual apa yang telah diturunkan oleh allah SWT. hal ini berkenaan dengan kebiasaan sebagian pendeta Bani Israil tidak mau mengajarkan kebenaran yang mereka ketahui kepada manusia, kecuali dengan meminta uang dari pekerjaannya tersebut. Dalam Ayat lain dijelaskan 
Firman Allah SWT : 

وَآمِنُوا بِمَا أَنْزَلْتُ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ وَلا تَكُونُوا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ وَلا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلا وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ (٤١)

"dan berimanlah kamu kepada apa yang telah aku turunkan (Al Quran) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa." 

sebenarnya hal ini sudah banyak di kaji diberbagai media, majelis taklim, ataupun diwebsite yang bernuansa islami, Pada perkembangannnya dewasa ini terdapat 2 pendapat tentang pengertian dan hukum menjual ilmu. 
1. Pendapat pertama boleh 
kategori Menjual ilmu yang diperbolehkan dalam hal ini adalah menjual sarana yang digunakan untuk menuntut ilmu, misal : Menjual Cetakan Kitab Al Qur'an, kitab kitab islami, buku kisah kisah islami, atau sarana menuntut ilmu yang lain yang didalamnya terdapat ilmu pengetahuan. karena pada dasarnya yang mereka jual bukanlah ilmu yang terdapat di dalamnya akan tetapi kertas atau sarana lain yang digunakan.

2. Pendapat Kedua Boleh dengan syarat
Sudah menjadi kebiasaan atau adat di Indonesia khususnya setiap kegiatan islami selalu di isi dengan acara ceramah. dan untuk mendatangkan seorang Ustadz atau Juru dakwah :  

Sabda Rosulullah saw :
إن أحق ما أخذتم عليه أجرا كتاب الله
“ Sesungguhnya yang paling berhak untuk diambil upahnya adalah mengajar Al Qur’an. “ ( HR Bukhari)

Pada dasarnya dalam hukum Islam, seorang yang mengajarkan al-Quran dan ilmu-ilmu yang bermanfaat berhak mendapatkan upah atas jasanya itu. Bahkan mengajarkan Al-Quran secara syar`i bisa dijadikan sebagai mas kawin(mahar) dalam pernikahan. Jadi seorang guru atau ustadz yang telah berjuang di jalan Allah untuk mengajarkan ilmu-ilmu Islam, pada dasarnya memang berhak untuk mendapatkan upah atas keringatnya itu dengan syarat : 
  • Tidak memasang tarif tertentu. upah yang di terima adalah atas dasar ungkapan rasa terima kasih dari orang yang mengundangnya / orang yang mengharapkan ceramah.
  • Tidak Mengkomersialkan dirinya agar di undang ceramah orang lain. 
Di negara-negara Islam, profesi ustaz, pengajar, bahkan imam dan muazzin di masjid itu ditanggung gajinya oleh negara. Dan negara mendapatkan dana itu dari Baitul Mal termasuk dari uang zakat. Sehingga para khatib dan ustaz tidak langsung menerima upah dari murid atau orang yang mereka layani, sehingga tidak terkesan menjual ilmu dan doa. Termasuk mungkin di sebagian Daerah Di Indonesia Khususnya sudah ada yang menerapkan hal ini.

3. Tidak Boleh 
Kategori menjual ilmu yang tidak diperbolehkan disini adalah selain yang diatas. bagi saudaraku yang kebetulan berdagang / berjualan sesuatu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan  dalam menawarkan barang dagangan / barang yang dijual untuk menghindari hal yang demikian (menjual ilmu) alangkah baiknya disertai dengan perkataan / penjelasan bahwa yang di jual bukanlah ilmu pengetahuan, melainkan barang / jasa / jerih payah yang dikeluarkan dalam rangka menjadikan ilmu pengetahuan tersebut dapat diambil manfaatnya. 
Contoh : Menjual Cetakan Kitab Al Qur'an, kitab kitab islami, buku kisah kisah islami, yang dalam hal ini menjual Kertas cetakan dan jerih payah dalam rangka mencetak kitab suci alquran atau kitab  islami. 
atau sarana menuntut ilmu yang lain yang didalamnya terdapat ilmu pengetahuan. (jika ada diantara saudaraku yang berjualan e-book maka yang dijual adalah jasa hasil jerih payah dalam rangka menyusun ebook tersebut). 


Silahkan untuk direnungi atau dipikirkan serta ditanggapi sesuai dengan hati nurani masing masing, Menjual atau tidak menjual adalah tergantung dari pribadi masing masing, jika kita ikhlas memberikan sebagian nominal Uang karena telah mendapatkan Ilmu yang bermanfaat maka itu adalah berkah.

Wallahu a''lam bishshawab,

15/01/2019

Sejarah Sunan Giri (Raden Paku atau Ainul Yaqin)/ joko samudra beliau adalah leluhur kami dari pihak ayah



Raden Paku atau Ainul Yaqin

Di awal abad 14 M, Kerajaan Blambangan diperintah oleh Prabu Menak Sembuyu, salah seorang keturunan Prabu Hayam Wuruk dari kerajaan Majapahit. Raja dan rakyatnya memeluk agama Hindu dan ada sebagian yang memeluk agama Budha.

Pada suatu hari Prabu Menak Sembuyu gelisah, demikian pula permaisurinya, pasalnya putri mereka satu-satunya telah jatuh sakit selama beberapa bulan. Sudah diusahakan mendatangkan tabib dan dukun untuk mengobati tapi sang putri belum juga sembuh.

Memang pada waktu itu kerajaan Blambangan sedang dilanda pegebluk atau wabah penyakit. Banyak sudah korban berjatuhan. Menurut gambaran babad Tanah Jawa esok sakit sorenya mati. Seluruh penduduk sangat prihatin, berduka cita, dan hampir semua kegiatan sehari-hari menjadi macet total.

Atas saran permaisuri Prabu Menak Sembuyu kemudian mengadakan sayembara, siapa yang dapat menyembuhkan putrinya akan diambil menantu dan siapa yang dapat mengusir wabah penyakit di Blambangan akan diangkat sebagai Bupati atau Raja Muda. Sayembara disebar di hampir pelosok negeri. Sehari, dua hari, seminggu bahkan berbulan-bulan kemudian tak ada seorang pun yang menyatakan kesanggupannya untuk mengikuti sayembara itu.

Permaisuri makin sedih hatinya. Prabu Menak Sembuyu berusaha menghibur istrinya dengan menugaskan Patih Bajul Sengara untuk mencari pertapa sakti guna mengobati penyakit putrinya. Diiringi beberapa prajurit pilihan, Patih Bajul Sengara berangkat melaksanakan tugasnya. Para pertapa biasanya tinggal di puncak atau di lereng-lereng gunung, maka kesanalah Patih Bajul Sengara mengajak pengikutnya mencari orang-orang sakti.

Patih Bajul Sengara akhirnya bertemu dengan Resi Kandabaya yang mengetahui adanya seorang tokoh sakti dari negeri seberang. Orang yang dimaksud adalah Syekh Maulana Ishak yang sedang berdakwah secara sembunyi-sembunyi di negeri Blambangan.

Patih Bajul Sengara dapat bertemu dengan Syekh Maulana Ishak yang sedang bertafakkur di sebuah goa. Setelah terjadi negosiasi bahwa Raja dan rakyat Blambangan mau diajak memeluk agama Islam maka Syekh Maulana Ishak bersedia datang ke istana Blambangan. Ia memang piawai di bidang ilmu ketabiban, putri Dewi Sekardadu sembuh setelah diobati. Pegebluk juga lenyap dari wilayah Blambangan. Sesuai janji Raja maka Syekh Maulana Ishak dikawinkan dengan Dewi Sekardadu. Diberi kedudukan sebagai Adipati untuk menguasai sebagian wilayah Blambangan.

Hasutan Sang Patih
Tujuh bulan sudah Syekh Maulana Ishak menjadi adipati baru di Blambangan. Makin hari semakin bertambah banyak saja penduduk Blambangan yang masuk agama Islam. Sementara Patih Bajul Sengara tak henti-hentinya mempengaruhi sang Prabu dengan hasutan-hasutan jahatnya. Hati Prabu Menak Sembuyu jadi panas karena mengetahui hal ini.

Patih Bajul Sengara sendiri tanpa sepengetahuan sang Prabu sudah mengadakan teror pada pengikut Syekh Maulana Ishak. Tidak sedikit penduduk Kadipaten yang dipimpin Syekh Maulana Ishak diculik, disiksa dan dipaksa kembali kepada agama lama. Walau kegiatan itu dilakukan secara rahasia dan sembunyi-sembunyi pada akhirnya Syekh Maulana Ishak mengetahui juga.

Pada saat itu Dewi Sekardadu sedang hamil tujuh bulan. Syekh Maulana Ishak sadar, bila hal itu diteruskan akan terjadi pertumpahan darah yang seharusnya tidak perlu. Kasihan rakyat jelata yang harus menanggung akibatnya. Maka dia segera berpamit kepada istrinya untuk pergi meninggalkan Blambangan.

Demikianlah, pada tengah malam, dengan hati berat karena harus meninggalkan istri tercinta yang hamil tujuh bulan, Syekh Maulana Ishak berangkat meninggalkan Blambangan seorang diri. Esok harinya sepasukan besar prajurit Blambangan yang dipimpin Patih Bajul Sengara menerobos masuk wilayah Kadipaten yang sudah ditinggalkan Syekh Maulana Ishak. Tentu saja Patih kecele, walau seluruh isi istana diobrak-abrik dia tidak menemukan Syekh Maulana Ishak yang sangat dibencinya.

Dua bulan kemudian dari rahim Dewi Sekardadu lahir bayi laki-laki yang elok rupanya. Sesungguhnya Prabu Menak Sembuyu dan permaisurinya merasa senang dan bahagia melihat kehadiran cucunya yang montok dan rupawan itu. Bayi itu lain daripada yang lain, wajahnya mengeluarkan cahaya terang.

Lain halnya dengan Patih Bajul Sengara. Dibiarkannya bayi itu mendapat limpahan kasih sayang keluarga istana selama empat puluh hari. Sesudah itu dia menghasut Prabu Menak Sembuyu. Kebetulan pada saat itu wabah penyakit berjangkit lagi di Blambangan. Maka Patih Bajul Sengara bikin ulah lagi.

“Bayi itu! Benar gusti Prabu! Cepat atau lambat bayi itu akan menjadi bencana di kemudian hari. Wabah penyakit inipun menurut dukun-dukun terkenal di Blambangan ini disebabkan adanya hawa panas yang memancar dari jiwa bayi itu!” kilah Patih Bajul Sengara dengan alasan yang dibuat-buat.

Sang Prabu tidak cepat mengambil keputusan, dikarenakan dalam hatinya dia terlanjur menyukai kehadiran cucunya itu, namun sang Patih tiada bosan-bosannya menteror dengan hasutan dan tuduhan keji akhirnya sang Prabu terpengaruh juga.

Walau demikian tiada tega juga dia memerintahkan pembunuhan atas cucunya itu secara langsung. Bayi yang masih berusia empat puluh hari akhirnya dimasukkan ke dalam peti dan diperintahkan untuk dibuang ke samodra.

Joko Samodra
Pada suatu malam ada sebuah perahu dagang dari Gresik melintasi Selat Bali. Ketika perahu itu berada di tengah-tengah Selat Bali tiba-tiba terjadi keanehan, perahu itu tidak dapat bergerak, maju tak bisa mundur pun tak bisa.

Nakhoda memerintahkan awak kapal untuk memeriksa sebab-sebab kemacetan itu, mungkinkah perahunya membentur batu karang. Setelah diperiksa ternyata perahu itu hanya menabrak sebuah peti berukir indah. Seperti peti milik kaum bangsawan yang digunakan menyimpan barang berharga. Nakhoda memerintahkan mengambil peti itu. Diatas perahu peti itu dibuka, semua orang terkejut karena didalamnya terdapat seorang bayi mungil yang bertubuh montok dan rupawan. Nakhoda merasa gembira dapat menyelamatkan jiwa bayi mungil itu, tapi juga mengutuk orang yang tega membuang bayi itu ke tengah lautan, sungguh orang yang tidak berperi kemanusiaan.

Nakhoda kemudian memerintahkan awak kapal untuk melanjutkan pelayaran ke Pulau Bali. Tapi perahu tak dapat bergerak maju. Ketika perahu diputar dan diarahkan ke Gresik ternyata perahu itu melaju dengan cepatnya.

Di hadapan Nyai Ageng Pinatih janda kaya pemilik kapal Nakhoda berkata sambil membuka peti itu. “Peti inilah yang menyebabkan kami kembali dalam waktu secepat ini. Kami tak dapat meneruskan pelayaran ke Pulau Bali,” kata sang Nakhoda.

“Bayi…? Bayi siapa ini?”, gunam Nyai Ageng Pinatih sembari mengangkat bayi itu dari dalam peti. “Kami menemukannya di tengah samodra, Selat Bali, jawab Nakhoda kapal.

Bayi itu kemudian mereka serahkan kepada Nyai Ageng Pinatih untuk diambil sebagai anak angkat. Memang sudah lama dia menginginkan seorang anak. Karena bayi itu ditemukan di tengah samodra maka Nyai Ageng Pinatih kemudian memberinya nama Joko Samodra.

Ketika berumur 11 tahun, Nyai Ageng Pinatih mengantarkan Joko Samodra untuk berguru kepada Raden Rahmat atau Sunan Ampel di Surabaya. Menurut beberapa sumber mula pertama Joko Samodra setiap hari pergi ke Surabaya dan sorenya kembali ke Gresik. Sunan Ampel kemudian menyarankan agar anak itu mondok saja di Pesantren Ampeldenta supaya lebih konsentrasi dalam mempelajari agama Islam.

Pada suatu malam, seperti biasa Raden Rahmat hendak mengambil air wudhu guna melaksanakan shalat tahjuud mendoakan murid muridnya dan mendoakan ummat agar selamat di dunia dan akhirat. Sebelum berwudhu Raden Rahmat menyempatkan diri melihat-lihat para santri yang tidur di asrama.

Tiba-tiba Raden Rahmat terkejut. Ada sinar terang memancar dari salah seorang santrinya. Selama beberapa saat beliau tertegun, sinar terang itu menyilaukan mata, untuk mengetahui siapakah murid yang wajahnya bersinar itu maka Sunan Ampel memberi ikatan pada murid itu.

Esok harinya, sesudah shalat subuh. Sunan Ampel memanggil murid-muridnya itu. “Siapa di antara kalian yang waktu bangun tidur kain sarungnya ada ikatan?” tanya Sunan Ampel. “Saya Kanjeng Sunan…” acung Joko Samodra.

Melihat yang mengacungkan tangan Joko Samodra, Sunan Ampel makin yakin bahwa anak itu pastilah bukan anak sembarangan. Kebetulan pada saat itu Nyai Ageng Pinatih datang untuk menengok Joko Samodra, kesempatan itu digunakan Sunan Ampel untuk bertanya lebih jauh tentang asal-usul Joko Samodra.

Nyai Ageng Pinatih menjawab sejujur-jujurnya. Bahwa Joko Samodra ditemukan di tengah selat Bali ketika masih bayi. Peti yang digunakan untuk membuang bayi itu hingga sekarang masih tersimpan rapi di rumah Nyai Ageng Pinatih.

Teringat pada pesan Syekh Maulana Ishak sebelum berangkat ke negeri Pasai maka Sunan Ampel kemudian mengusulkan pada Nyai Ageng Pinatih agar nama anak itu diganti dengan nama Raden Paku. Nyai Ageng Pinatih menurut saja apa kata Sunan Ampel, dia percaya penuh kepada Wali besar yang sangat dihormati masyarakat bahkan juga masih terhitung seorang Pangeran Majapahit itu.

Raden Paku
Sewaktu mondok di pesantren Ampeldenta, Raden Paku sangat akrab bersahabat dengan putra Raden Rahmat yang bernama Raden Makdum Ibrahim. Keduanya bagai saudara kandung saja, saling menyayangi dan saling mengingatkan.

Setelah berusia 16 tahun, kedua pemuda itu dianjurkan untuk menimba pengetahuan yang lebih tinggi di Negeri Seberang sambil meluaskan pengalaman.

“Di negeri Pasai banyak orang pandai dari berbagai negeri. Disana juga ada ulama besar yang bergelar Syekh Awwallul Islam. Dialah ayah kandungmu yang nama aslinya adalah Syekh Maulana Ishak. Pergilah kesana tuntutlah ilmunya yang tinggi dan teladanilah kesabarannya dalam mengasuh para santri dan berjuang menyebarkan agama Islam. Hal itu akan berguna kelak bagi kehidupanmu di masa yang akan datang”.

Pesan itu dilaksanakan oleh Raden Paku dan Raden Makdum Ibrahim. Dan begitu sampai di negeri Pasai keduanya disambut gembira, penuh rasa haru dan bahagia oleh Syekh Maulana Ishak ayah kandung Raden Paku yang tak pernah melihat anaknya sejak bayi.

Raden Paku menceritakan riwayat hidupnya sejak masih kecil ditemukan di tengah samodra dan kemudian diambil anak angkat oleh Nyai Ageng Pinatih dan berguru kepada Sunan Ampel di Surabaya.

Sebaliknya Syekh Maulana Ishak kemudian menceritakan pengalamannya di saat berdakwah di Blambangan sehingga terpaksa harus meninggalkan istri yang sangat dicintainya.

Raden Paku menangis sesenggukan mendengar kisah itu. Bukan menangisi kemalangan dirinya yang telah disia-siakan kakeknya yaitu Prabu Menak Sembuyu tetapi memikirkan nasib ibunya yang tak diketahui lagi tempatnya berada. Apakah ibunya masih hidup atau sudah meninggal dunia.

Di negeri Pasai banyak ulama besar dari negara asing yang menetap dan membuka pelajaran agama Islam kepada penduduk setempat. Hal ini tidak disia-siakan oleh Raden Paku dan Maulana Makdum Ibrahim. Kedua pemuda itu belajar agama dengan tekun, baik kepada Syekh Maulana Ishak sendiri maupun kepada guru-guru agama lainnya.

Ada yang beranggapan bahwa Raden Paku dikaruniai ilmu laduni yaitu ilmu yang langsung berasal dari Tuhan, sehingga kecerdasan otaknya seolah tiada bandingnya. Disamping belajar ilmu Tauhid mereka juga mempelajari ilmu Tasawuf dari ulama Iran, Baghdad dan Gujarat yang banyak menetap di negeri Pasai.

Ilmu yang dipelajari itu berpengaruh dan menjiwai kehiduapn Raden Paku dalam perilakunya sehari-hari sehingga kentara benar bila ia mempunyai ilmu tingkat tinggi, ilmu yang sebenarnya hanya pantas dimiliki ulama yang berusia lanjut dan berpengalaman. Gurunya kemudian memberinya gelar Syekh Maulana A’inul Yaqin.

Setelah tiga tahun di Pasai, dan masa belajar itu sudah dianggap cukup oleh Syekh Maulana Ishak, kedua pemuda itu diperintahkan kembali ke tanah Jawa. Oleh ayahnya, Raden Paku diberi sebuah bungkusan kain putih berisi tanah. “Kelak, bila tiba masanya dirikanlah Pesantren di Gresik, carilah tanah yang sama betul dengan tanah dalam bungkusan ini disitulah kau membangun Pesantren”, demikian pesan ayahnya.

Kedua pemuda itu kemudian kembali ke Surabaya. Melaporkan segala pengalamannya kepada Sunan Ampel. Sunan Ampel memerintah Makdum Ibrahim berdakwah di daerah Tuban. Sedang Raden Paku diperintah pulang ke Gresik kembali ke ibu angkatnya yaitu Nyai Ageng Pinatih.

Membersihkan Diri
Pada usia 23 tahun, Raden Paku diperintah oleh ibunya untuk mengawal barang dagangan ke Pulau Banjar atau Kalimantan. Tugas ini diterimanya dengan senang hati. Nakhoda dapat diserahkan kepada pelaut kawakan yaitu Abu Hurairah. Walau pucuk pimpinan berada di tangan Abu Hurairah tapi Nyai Ageng Pinatih memberi kuasa pula kepada Raden Paku untuk ikut memasarkan dagangan di Pulau Banjar.

Tiga buah kapal berangkat meninggalkan pelabuhan Gresik dengan penuh muatan. Biasanya, sesudah dagangan itu terjual habis di Pulau Banjar maka Abu Hurairah diperintah membawa barang dagangan dari Pulau Banjar yang sekiranya laku di Pulau Jawa, seperti rotan, damar, emas, dan lain-lain. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh menjadi berlipat ganda. Tapi kali ini tidak, sesudah kapal merapat di pelabuhan Banjar, Raden Paku membagi-bagikan barang dagangan dari Gresik itu secara gratis kepada penduduk setempat. Tentu saja hal ini membuat Abu Hurairah menjadi cemas. Dia segera memprotes tindakan Raden Paku. “Raden …kita pasti akan mendapat murka Nyai Ageng Pinatih. Mengapa barang dagangan kita diberikan secara cuma-cuma?” “Jangan kawatir paman”, kata Raden Paku. “Tindakan saya ini sudah tepat. Penduduk Banjar pada saat ini sedang dilanda musibah. Mereka dilanda kekeringan dan kurang pangan. Sedangkan ibu sudah terlalu banyak mengambil keuntungan dari mereka. Sudahkah ibu memberikan hartanya dengan membayar zakat kepada mereka? Saya kira belum, nah sekarang lah saatnya ibu mengeluarkan zakat untuk membersihkan diri”.

“Itu diluar kewenangan saya Raden”, kata Abu Hurairah. “Jika kita tidak memperoleh uang lalu dengan apa kita mengisi perahu supaya tidak oleng dihantam ombak dan badai?” Raden Paku terdiam beberapa saat. Dia sudah maklum bila dagangan habis biasanya Abu Hurairah akan mengisi kapal atau perahu dengan barang dagangan dari Kalimantan. Tapi sekarang tak ada uang dengan apa dagangan Pulau Banjar akan dibeli.

“Paman tak usah risau”, kata Raden Paku dengan tenangnya “Supaya kapal tidak oleng isilah karung-karung kita dengan batu dan pasir”. Memang benar, mereka dapat berlayar hingga di pantai Gresik dalam keadaan selamat. Tapi hati Abu Hurairah menjadi kebat-kebit sewaktu berjalan meninggalkan kapal untuk menghadap Nyai Ageng Pinatih.

Dugaan Abu Hurairah memang tepat. Nyai Ageng Pinatih terbakar amarahnya demi mendengar perbuatan Raden Paku yang dianggap tidak normal itu. “Sebaiknya ibu lihat dahulu!” pinta Raden Paku. “Sudah jangan banyak bicara, buang saja pasir dan batu itu. Hanya mengotori karung-karung kita saja!”, hardik Nyai Ageng Pinatih. Tetapi ketika awak kapal membuka karung-karung itu, mereka terkejut. Karung-karung itu isinya berubah menjadi barang-barang dagangan yang biasa mereka bawa dari Banjar, seperti rotan, damar, kain, dan emas serta intan. Bila ditaksir harganya jauh lebih besar ketimbang barang dagangan yang disedekahkan kepada penduduk Banjar.

Perkawinan Raden Paku
Alkisah, ada seorang bangsawan Majapahit bernama Ki Ageng Supa Bungkul. Ia mempunyai sebuah pohon delima yang aneh di depan pekarangan rumahnya. Setiap kali ada orang hendak mengambil buah delima yang berbuah satu itu pasti mengalami nasib celaka. Kalau tidak ditimpa penyakit berat tentulah orang tersebut meninggal dunia. Suatu ketika Raden Paku tanpa disengaja lewat di depan pekarangan Ki Ageng Bungkul. Begitu dia berjalan di bawah pohon delima tiba-tiba buah pohon itu jatuh mengenai kepala Raden Paku.

Ki Ageng Bungkul tiba-tiba muncul mencegat Raden Paku, dan ia berkata,”Kau harus kawin dengan putriku, Dewi Wardah”.

Memang, Ki Ageng Bungkul telah mengadakan sayembara, siapa saja yang dapat memetik buah delima itu dengan selamat maka ia akan dijodohkan dengan putrinya yang bernama Dewi Wardah. Raden Paku bingung menghadapi hal itu. Maka peristiwa itu disampaikan kepada Sunan Ampel.

“Tak usah bingung, Ki Ageng Bungkul itu seorang muslim yang baik. Aku yakin Dewi Wardah juga muslimah yang baik. Karena hal itu sudah menjadi niat Ki Ageng Bungkul kuharap kau tidak mengecewakan niat baiknya itu”, demikian kata Sunan Ampel.

“Tapi…bukankah saya hendak menikah dengan putri Kanjeng Sunan yaitu Dewi Murtasiah?”, ujar Raden Paku. “Tidak mengapa”, kata Sunan Ampel. “Sesudah melangsungkan akad nikah dengan Dewi Murtasiah selanjutnya kau akan melangsungkan perkawinanmu dengan Dewi Wardah”.

Itulah liku-liku perjalanan hidup Raden Paku. Dalam sehari ia menikah dua kali. Menjadi menantu Sunan Ampel, kemudian menjadi menantu Ki Ageng Bungkul seorang bangsawan Majapahit yang hingga sekarang makamnya terawat baik di Surabaya.

Sesudah berumah tangga, Raden Paku makin giat berdagang dan berlayar antar pulau. Sambil berlayar itu pula beliau menyiarkan agama Islam pada penduduk setempat sehingga namanya cukup terkenal di kepulauan Nusantara.

Lama-lama kegiatan dagang tersebut tidak memuaskan hatinya. Ia ingin berkonsentrasi menyiarkan agama Islam dengan mendirikan pondok pesantren. Iapun minta izin kepada ibunya untuk meninggalkan dunia perdagangan. Nyai Ageng Pinatih yang kaya raya itu tidak keberatan. Andaikata hartanya yang banyak itu dimakan setiap hari dengan anak dan menantunya rasanya tiada akan habis, terlebih Juragan Abu Hurairah orang kepercayaan Nyai Ageng Pinatih menyatakan kesanggupannya untuk mengurus seluruh kegiatan perdagangan miliknya, maka wanita itu ikhlas melepaskan Raden Paku yang hendak mendirikan pesantren.

Mulailah Raden Paku bertafakkur di goa yang sunyi, 40 hari 40 malam, beliau tidak keluar goa, hanya bermunajat kepada Allah. Tempat Raden Paku bertafakkur itu hingga sekarang masih ada yaitu desa Kembangan dan Kebomas.

Usai bertafakkur teringatlah Raden Paku pada pesan ayahnya sewaktu belajar di negeri Pasai. Diapun berjalan berkeliling untuk mencari daerah yang tanahnya mirip dengan tanah yang dibawa dari negeri Pasai.

Melalui desa Margonoto, sampailah Raden Paku di daerah perbukitan yang hawanya sejuk, hatinya terasa damai, iapun mencocokkan tanah yang dibawanya dengan tanah di tempat itu. Ternyata cocok sekali. Maka di desa Sidomukti itulah ia kemudian mendirikan pesantren. Karena tempat itu adalah dataran tinggi atau gunung, maka dinamakan-lah Pesantren Giri. Giri dalam bahasa Sansekerta artinya gunung.

Atas dukungan istri-istri dan ibunya juga dukungan spiritual dari Sunan Ampel, tidak begitu lama, hanya dalam waktu tiga tahun Pesantren Giri sudah terkenal ke seluruh Nusantara.

Di muka telah disebutkan, bahwa hanya dalam tempo waktu tiga tahun Sunan Giri berhasil mengelola Pesantrennya hingga namanya terkenal ke seluruh Nusantara. Menurut Dr. HJ. De Graaf, sesudah pulang dari pengembaraannya atau berguru ke negeri Pasai, ia memperkenalkan diri kepada dunia, kemudian berkedudukan di atas bukit di Gresik, dan ia menjadi orang pertama yang paling terkenal dari Sunan-sunan Giri yang ada. Di atas gunung tersebut seharusnya ada istana karena di kalangan masyarakat dibicarakan adanya Giri Kedaton (kerajaan Giri). Murid-murid Sunan Giri berdatangan dari segala penjuru, seperti Maluku, Madura, Lombok, Makasar, Hitu, dan Ternate. Demikian menurut De Graaf.

Menurut Babad Tanah Jawa murid-murid Sunan Giri itu justru bertebaran hampir di seluruh penjuru benua besar, seperti Eropa (Rum), Arab, Mesir, Cina dan lain-lain. Semua itu adalah penggambaran nama Sunan Giri sebagai ulama besar yang sangat dihormati orang pada jamannya. Disamping pesantrennya yang besar ia juga membangun masjid sebagai pusat ibadah dan pembentukkan iman ummatnya. Untuk para santri yang datang dari jauh beliau juga membangun asrama yang luas.

Di sekitar bukit tersebut sebenarnya dahulu jarang dihuni oleh penduduk dikarenakan sulitnya mendapatkan air. Tetapi dengan adanya Sunan Giri masalah air itu dapat diatasi. Cara Sunan Giri membuat sumur atau sumber air itu sangat aneh dan gaib hanya beliau seorang yang mampu melakukannya.

Peresmian Masjid Demak
Dalam peresmian Masjid Demak, Sunan Kalijaga mengusulkan agar dibuka dengan pertunjukkan wayang kulit yang pada waktu itu bentuknya masih wayang beber yaitu gambar manusia yang dibeber pada sebuah kulit binatang.

Usul Sunan Kalijaga ditolak oleh Sunan Giri, karena wayang yang bergambar manusia itu haram hukumnya dalam ajaran Islam, demikian menurut Sunan Giri.

Jika Sunan Kalijaga mengusulkan peresmian Masjid Demak itu dengan membuka pagelaran wayang kulit, kemudian diadakan dakwah dan rakyat berkumpul boleh masuk setelah mengucapkan syahadat, maka Sunan Giri mengusulkan agar Masjid Demak diresmikan pada saat hari Jum’at sembari melaksanakan shalat jamaah Jum’at.

Sunan Kalijaga yang berjiwa besar kemudian mengadakan kompromi dengan Sunan Giri. Sebelumnya Sunan Kalijaga telah merubah bentuk wayang kulit sehingga gambarannya tidak bisa disebut sebagai gambar manusia lagi, lebih mirip karikatur seperti bentuk wayang yang ada sekarang ini.

Sunan Kalijaga membawa wayang kreasinya itu di hadapan sidang para Wali. Karena tak bisa disebut sebagai gambar manusia maka akhirnya Sunan Giri menyetujui wayang kulit itu digunakan sebagai media dakwah.

Perubahan bentuk wayang kulit itu adalah dikarenakan sanggahan Sunan Giri, karena itu, Sunan Kalijaga memberi tanda khusus pada momentum penting itu. Pemimpin para dewa dalam pewayangan oleh Sunan Kalijaga dinamakan Sang Hyang Girinata, yang arti sebenarnya adalah Sunan Giri yang menata.

Maka perdebatan tentang peresmian Masjid Demak bisa diatasi. Peresmian itu akan diawali dengan shalat Jum’at, kemudian diteruskan dengan pertunjukkan wayang kulit yang dimainkan oleh ki Dalang Sunan Kalijaga.

Jasa-jasa Sunan Giri
Jasanya yang terbesar tentu saja perjuangannya dalam meyebarkan agama Islam di Tanah Jawa bahkan ke Nusantara, baik dilakukannya sendiri sewaktu masih muda sambil berdagang ataupun melalui murid-muridnya yang ditugaskan ke luar pulau.

Beliau pernah menjadi hakim dalam perkara pengadilan Syekh Siti Jenar, seorang wali yang dianggap murtad karena menyebarkan faham Pantheisme dan meremehkan syariat Islam yang disebarkan para wali lainnya. Dengan demikian Sunan Giri ikut menghambat tersebarnya aliran yang bertentangan dengan faham ahlus sunnah wal jama’ah.

Keteguhannya dalam menyiarkan agama Islam secara murni dan konsekuen membawa dampak positif bagi generasi Islam berikutnya. Islam yang disiarkannya adalah Islam yang sesuai ajaran Nabi, tanpa dicampuri kepercayaan atau adat istiadat lama.

Di bidang kesenian beliau juga berjasa besar, karena beliaulah yang pertama kali menciptakan Asmaradana dan Pucung, beliau pula yang menciptakan tembang dan tembang dolanan anak-anak yang bernafas Islam antara lain: Jamuran, Cublak Cublak Suweng, Jithungan dan Delikan.

Diantara permainan anak-anak yang dicintainya ialah sebagai berikut: Di antara anak-anak yang bermain ada yang menjadi pemburu, dan yang lainnya menjadi obyek buruan. Mereka akan selamat dari kejaran pemburu bila telah berpegang pada tonggal atau batang pohon yang telah ditentukan lebih dulu. Inilah permainan yang disebut Jelungan. Arti permainan tersebut adalah seseorang yang sudah berpegang teguh kepada agama Islam Tauhid maka ia akan selamat dari ajakan setan atau iblis yang dilambangkan sebagai pemburu.

Sembari melakukan permainan yang disebut jelungan itu biasanya anak-anak akan menyanyikan lagu Padhang Bulan:

“Padhang-padhang bulan, ayo gage dha dolanan,
Dolanane na ing latar,
Ngalap padhang padhang gilar-gilar,
Nundung begog hangetikar”.

(Malam terang bulan, marilah lekas bermain, bermain di halaman, mengambil di halaman, mengambil manfaat benderangnya rembulan, mengusir gelap yang lari terbirit-birit)

Maksud lagu dolanan tersebut ialah:
Agama Islam telah datang, maka marilah kita segera menuntut penghidupan, di muka bumi ini, untuk mengambil manfaat dari agama Islam, agar hilang lenyaplah kebodohan dan kesesatan.

Para Pengganti Sunan Giri
Sunan Giri atau Raden Paku lahir pada tahun 1442, memerintahkan kerajaan Giri selama kurang lebih dua puluh tahun. Mulai tahun 1487 hingga tahun 1506. Sewaktu memerintah Giri Kedaton beliau bergelar Prabu Satmata.

Pengaruh Sunan Giri ini sangat besar terhadap kerajaan-kerajaan Islam di Jawa maupun di luar Jawa. Sebagai bukti adalah adanya kebiasaan bahwa apabila seorang hendak dinobatkan menjadi raja haruslah memerlukan pengesahan dari Sunan Giri.

Giri Kedaton atau Kerajaan Giri berlangsung selama hampir 200 tahun. Sesudah Sunan Giri yang pertama meninggal dunia beliau digantikan anak keturunannya yaitu:

1. Sunan Dalem
2. Sunan Sedomargi
3. Sunan Giri Prapen
4. Sunan Kawis Guwa
5. Panembahan Ageng Giri
6. Panembahan Mas Witana Sideng Rana
7. Pangeran Singonegoro (bukan keturuanan Sunan Giri)
8. Pangeran Singosari.

Pangeran Singosari ini berjuang gigih mempertahankan diri dari serbuan Sunan Amangkurat II yang dibantu oleh VOC dan kapten Jonker. Serbuan ke Giri itu adalah dalam rangka penumpasan pemberontakan yang dilakukan oleh Trunojoyo seorang murid dari Pesantren Giri yang pernah menjungkirbalikkan Kraton Surakarta dan bahkan pernah menjadi Raja di Kediri.

Pemberontakan Trunojoyo itu dilakukan karena tindakan sewenang-wenang dari Sunan Amangkurat I yang pernah menumpas dan membunuh 6000 ulama Ahlus sunnah wal jama’ah yang dituduh menyebarkan isu ketidakpuasan rakyat terhadap raja. Padahal itu hanya fitnah dari orang-orang yang menjadi kaki tangan Sunan Amangkurat I, mereka adalah para pengikut faham Manunggaling Kawula lan Gusti, faham yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar yang ditentang Walisongo.

Sesudah Pangeran Singosari wafat pada tahun 1679, habislah kekuasaan Giri Kedaton. Yang tinggal hanyalah makam-makam dan peninggalan Sunan Giri, yang dirawat oleh juru kunci makam. Meski demikian kharismanya sebagai ulama besar, wali terkemuka tetap abadi sepanjang masa. Itu bisa Anda buktikan dengan melihat jumlah para peziarah yang tiap hari membanjiri makamnya.