leaf and snow

09/07/2015

manfaat air laut untuk perawatan kulit

Haii beess....
Siangg..........
Siapa sih yg gak tau air laut...
Nih bees manfaat air laut...


Anda mungkin pernah mendengar bahwa air laut punya khasiat yang bagus bagi kesehatan kulit. Tapi pernahkah Anda berpikir bagaimana cara kerja dan manfaat air laut bagi kulit bahkan tubuh?

Nah berikut ini adalah tujuh manfaat dari air laut untuk kesehatan dirangkum dari berbagai sumber.

1. Air laut memiliki komposisi yang sama dengan komposisi plasma darah manusia. Penggunaan air laut sebagai obat sudah mulai dilakukan sejak 4 abad Sebelum Masehi. Air laut memiliki 84 elemen vital yang juga ditemukan dalam tubuh manusia, termasuk di antaranya vitamin, garam mineral dan asam amino.

Selain itu air laut juga kaya akan mikroorganisme yang menghasilkan santibiotik, antimicrobial dan antibacterial.
Tubuh manusia memiliki kemampuan alami unuk menyerap elemen-elemen tersebut.

2. Air laut memiliki manfaat bagi kesehatan kulit. Itu sebabnya tempat-tempat spa di seluruh dunia menggunakan garam laut dalam layanan perawatan mereka. Garam pada air laut membantu melepaskan racun dari kulit dan berfungsi sebagao pengelupas alami yang melepaskan sel-sel kulit mati serta merangsang pertumbuhan sel-sel baru.

3. Air laut juga mengandung banyak mineral, terutama magnesium yang membantu meningkatkan kelembapan pada permukaan kulit sehingga kulit tampak segar bercahaya.

4. Salah satu keuntungan terbesar yang terdapat dalam air laut adalah kemampuannya untuk menyembuhkan penyakit atau iritasi pada kulit Mulai dari peradangan, psoriasis termasuk luka ringan karena kandungan garam dan potasium klorida di dalamnya.

5. Air laut juga memberikan kontribusi bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kandungan elemen vital dalam air laut memiliki kemampuan untuk membantu mekanisme penyembuhan tubuh serta menaikan sistem imunitas tubuh dan peredaran darah.

01/07/2015

Antasena, Jalan Ksatria Manusia Sufi

Anda tak akan menemukan tokoh ini pada versi Mahabarata aslinya, versi India. Karena tokoh Antasena hanya ada di kisah wayang gubahan Jawa. Pun hanya ada di Yogyakarta. Pada wayang Surakarta, nama Antasena juga ada, tapi Antasena di sini, hanya nama lain dari tokoh Antareja. Sedang di Yogyakarta, Antasena dan Antareja dikisahkan sebagai dua karakter yang berbeda, walaupun keduanya sepertinya sama-sama diciptakan sebagai sosok 'pencari' makna kehidupan sejati, tapi nuansa tingkah-laku mereka sangat berbeda.
Antasena adalah anak bungsu Raden Bima, kedua Pandawa. Lahir dari rahim Dewi Urangayu, putri semata wayang Sang Hyang Baruna. Jalinan kisah itu membuat Antasena menjadi sosok yang unik. Dia adalah bangsa manusia, lahir dari keturunan campuran bangsa Samodra dan bangsa Dewa.

Di dalam pakeliran wayang Jawa, sosok Antasena menyimpan misteri tersendiri, entah karena pengejawantahan karakter Antasena sendiri yang samar, ataupun sengaja dibuat demikian, tak ada yang tahu. Tapi konon kabarnya memang sosok karakter Antasena ini dimunculkan sebagai penggambaran akan sebuah kepribadian sufi. Orang menghubung-hubungkan akan kemunculan tokoh Antasena ini dengan semisal figur ‘nyleneh’ Syeh Siti Jenar ataupun sosok ‘sakral’ Abdul Qadir Jaelani.

Tak banyak dalang yang cukup ‘berani’ melakonkan tokoh Antasena dalam pertunjukannya. Mungkin karena penokohannya sendiri yang misterius, atau kegamangan para dalang itu yang merasa tidak cukup mampu menghidupkan karakter Antasena dari tangan mereka.

Antasena bisa dikesankan orang yang angin-anginan, sudah tidak lagi memandang dunia. Terbebas dari sifat unggah-ungguh kehidupan kerajaan. Dia bebas berkata kepada siapa saja tanpa harus berbahasa halus. Kesaktiannya sulit digambarkan, karena tak pernah diceritakan dia kalah oleh orang lain, bahkan oleh bangsa Dewa sekalipun! Konon untuk membalik dunia wayang pun dia dianggap mampu.

Lalu, kira-kira karakter yang seperti apa yang ada dalam kepribadian seseorang sakti tanpa tanding? Karena toh kemampuan seperti ini tidak mungkin ditempelkan pada tokoh antagonis. Karakter seperti ini pun rasanya akan hambar bila harus ada pada para ‘lakon’. Sehingga karakter ini seolah kemudian dilengkapi dengan sebuah penggambaran akan sifat ketinggian ilmu dan kebijaksanaannya. Ilmu yang secara awam tak akan mampu dibaurkan dengan para tokoh wayang kebanyakan. Ada yang kemudian memunculkan tokoh ini dengan kesan lucu dan selengekan, saya pikir demi sebuah upaya agar tokoh Antasena ini bisa digagas dan diterima secara khalayak. Tapi tetap ada juga yang berusaha menggambarkan tokoh Antasena ini seperti keinginannya, men-tauhid, kesufi-sufian, jauh dari keinginan dunia, dan selalu mengagungkan Sang Pencipta di setiap langkahnya.

Bentuk fisik yang khas adalah kulit sisik kemerahan di sekujur badannya. Digambarkan seperti sisik udang. Dapat hidup di darat dan di dalam air.

Antasena jelas tidak dilibatkan di perang Baratayudha. Gubahan cerita wayang versi Jawa itu tetap menempatkan Antasena seperti apa adanya, samar-samar. Dan karakter seperti Antasena tentunya tidak punya keinginan untuk turut serta pada hingar bingar peperangan. Karena kehidupan dan kematian yang dilihatnya sudah beda sekali dibanding yang dipahami orang kebanyakan.

Ketika banyak orang yang khawatir akan kesaktiannya yang tanpa tanding, akankah dia melibatkan diri pada perang Baratayudha? Cerita itu membawa pengertian bahwa justru Antasena sendiri yang tidak begitu tertarik untuk terlibat Baratayudha. Karena baginya hampir tak ada jarak pemisah antara ‘membunuh’ dan ‘melapangkan jalan kematian’. Satunya akan dihujat dan dikutuk, sementara yang satunya akan mendapat terimakasih dari si mati.

Kematiannya pun penuh misteri. Seakan cerita itu memang sengaja dibuat tidak lengkap demi mempertahankan sosok remang-remang bagi Antasena. Ada yang berkata bahwa dia hidup terus dan tak pernah mati. Ada versi yang mengungkap bahwa Antasena menjadi mengecil dihadapan Sang Hyang Wenang menjelang Baratayudha. Juga ada versi –yang saya pakai dalam novel saya- dimana dia menempuh jalan kematian sebagai tanaman jagung untuk juga menahan keterlibatan Baladewa di Baratayudha. Untuk kemudian kembali merubah dirinya sebagai ikan pari untuk mengantar jasad Bisma bertemu roh Dewi Amba di alam dasar Samodra. Dan jalan kematian itu pun seakan tak pernah selesai, ketika Antasena selalu merubah dirinya ke wujud kehidupan lain setelah kehidupan sebelumnya dianggapnya sudah selesai tugasnya.

Antasena memiliki istri Dewi Jenakawati, putri Arjuna.