Kami memang selalu duduk berseberangan. Saya tak pernah sebal pada Dia, begitu pula sebaliknya. Kami selalu saling menghargai, sudah seperti saudara—bahkan wajah kami tak jauh beda. Kami sama-sama punya tugas. Namun bukan tugas yang selalu dikerjakan oleh anak sekolahan ataupun mahasiswa. Melainkan tugas sulit dari langit.
Kami memang teman akrab. Selalu berbagi dan selalu berkompetisi. Walaupun pada akhirnya Saya selalu kalah dalam setiap kompetisi yang kami adakan berdua. Bagi yang kalah harus mendengarkan ocehan Kamu*** yang selalu bicara tentang cinta di dunia. Kamu yang tugasnya menyambungkan benang merah dan melepaskan busur cinta. Memberikan rona merah pada wanita dan melepaskan degup dada pada lelaki. Kamu adalah sayap-sayap putih berlian yang menebar benih cinta—pada mereka yang sedang jatuh cinta. Atas perintahNya dan atas petunjukNya.
Kamu memegang selembar kertas panjang yang menggulung dengan besar. Gulungan itu memang tak pernah Kamu bawa dengan koper, ketika menembakkan busur cinta dalam hati mereka—yang sedang jatuh cinta. Gulungan kertas panjang itu berisi tentang siapapun yang akan Kamu sambungkan benang merahnya. Gulungan itu sudah Kamu hapal dan selalu ada pada setiap helai bulu sayapmu. Bulu sayap yang setiap batang bulunya terpotong seratus lembar perintah dan petunjukNya.
“Hari ini separuh sayapmu agak berwarna hitam Fid, apa kamu berbohong kepadaNya?” kata Saya yang curiga pada perubahan sayap Kamu.
Atas kehendakNya, bilamana sayap berubah menjadi sedikit keabu-abuan. Mereka yang bersayap putih dan cemerlang akan berubah ketika mereka berbohong padaNya.
“Fid tak pernah berbohong. Fid bukan manusia. Fid golongan sayap berlian yang bertugas menembakkan busur cinta pada mereka yang jatuh cinta.” jawab Kamu yang sedikit beralasan.
“Lantas kenapa sayap putihmu berubah?! Bukankah kau tahu peraturan di langit,” balas Dia yang mulai bicara.
“Fid juga heran, kenapa sayap Fid berubah. Fid bingung harus bicara apa padaNya. Fid hanya bicara bahwa Fid melaksanakan tugas Fid dengan sebaik-baiknya.” Kamu mulai bingung dengan serat keriput di keningmu. Kamu terlihat tegang dan suaramu sedikit bergetar.
“Kau pasti bohong! Ingatkah kau bahwa kita semua diciptakan dari cahaya. Kita tak diperkenankan berbohong padaNya. Kita tak punya nafsu dan kita tak punya cara untuk berbohong, karena semua dilihat olehNya” Saya mulai sedikit marah dengan kelakuan Kamu yang sedikit aneh. Kamu terlihat bingung namun ucapanmu terdengar jujur.
Ketika itu dunia di bawah langit bergerak sangat lambat. Lebih lambat seribu kali dari gerakan jalan siput. Penghuni langit selalu dapat bersantai untuk saling berbincang dan tak pernah kuatir akan masing-masing tugas mereka.
Kamu yang terlihat bingung dan semakin bingung ketika sayapmu berubah menjadi setengah hitam dan setengah putih. Kamu panik bukan kepalang. Kamu yang bulu sayapnya paling berkilau antara yang lainnya berputar-putar melihat sekelilingmu. Kamu tak sadar bahwa seluruh pemilik sayap putih kini mengelilingimu. Tidak hanya Saya dan Dia.
“Kini kamu tak bisa mengelak lagi Fid, kamu harus berkata yang sebenar-benarnya. Semua golongan kita dapat mendengarmu walau mereka sedang bertugas. Dan kamu juga tahu itu kenapa,” Kata Saya yang mulai mendekati Kamu sembari menatap dengan tajam.
“Apa kamu ingin menjadi Izazil yang membangkang Adam, atau kamu ingin menjadi Adam yang dilempar ke bumi?” Dia bertanya dengan nada ketus.
“Janganlah kalian memfitnahku yang tidak-tidak. Sesungguhnya itu perbuatan yang tidak disukaiNya.” Kamu tak sadar bahwa Kamu mengelak.
“Aku tak memfitnahmu Fid, tapi semua melihat perubahan sayapmu. Kini sayapmu menjadi hitam-putih. Dan semua golongan kita tahu apa yang terjadi denganmu. Sebaiknya kamu cepat-cepat sadar sebelum murkaNya lebih hebat dari yang kau kira.” Saya mulai tak bisa menahan ini semua.
Kamu pun diam tanpa suara. Kamu pun sebenarnya bingung. Kamu pun tak tahu apa yang terjadi denganmu. Kamu bingung sebingung-bingungnya. Kini sayapmu menjadi hitam-putih dengan pekatnya. Kamu sebenarnya tidak diberi rasa olehNya. Begitupun yang lainnya. Kamu menjadi bulan-bulanan golonganmu yang lain. Kamu tak mampu melawan.
Disini adalah langit dimana semua golongan sayap putih berkumpul untuk berbincang. Langit yang tak kasat mata oleh siapapun mereka. Tak terkecuali teknologi canggih sekalipun. Langit yang diciptakan olehNya dengan sebuah tiupan kecil. Menggumpal menjadi satu dan mendadak luas membentang angkasa atas perintahNya.
Kini sayap Kamu telah pudar kilaunya. Tertelan dusta yang tak Kamu sadari karena memang itu yang diinginkanNya. Kamu terlempar dari langit bernama surga seperti Adam kala itu. Kamu terhempas dengan kencang dan menghujam tanah dengan kejam. Kamu benar-benar kesakitan dan punggungmu tak lagi bersayap. Sayapmu telah terlepas ketika gesekan udara membakarnya. Kini Kamu bersedih dan selalu bersedih. Kamu tak sadar ketika menangis—Kamu telah berubah menjadi makhluk berperasaan. Seperti manusia yang dikatakan oleh golonganmu sempurna.
Atas perintahNya juga kamu hilang ingatan dan melupakan siapa kamu—dan apa tugasmu dulu. Kamu bukan lagi sayap berlian putih yang silau dengan cahaya kemilaunya. Kamu adalah manusia seutuhnya. Bukan lagi pengantar cinta untuk siapa saja.
Kini kamu adalah manusia yang bisa jatuh cinta. Cinta pada siapa saja yang kamu sukai. Termasuk wanita yang pernah kamu sukai saat kamu menjabat sebagai malaikat pengantar cinta. Kamu memang sudah diatur jalan hidupnya— dan akan mencari masalah Kamu di dunia. Kamu tak perduli biarpun mengalami cobaan dariNya (di dunia). Karena kamu kini yang selalu diuji ketabahannya juga keimanannya. Sungguh naas Kamu kini harus menghadapi bujukan setan dan harus melawannya.
Saya kini mencatat amal baikmu. Dan Dia mencatat amal burukmu. Tak ada lagi kompetisi yang bisa kami lakukan untuk menelaah sifat manusia. Termasuk Kamu.
Semoga berhasil malaikat kecilku. Maaf kami tak bisa mendukungmu.
No comments:
Post a Comment